Produk Unggulan Aceh Berpotensi Tembus Pasar Internasional, Kopi Hingga Keumamah

Pembina Industri Ahli Madya Kemenperin, Indra Akbar Dilana. | Foto: Riska Zulfira/masakini.co

Bagikan

Produk Unggulan Aceh Berpotensi Tembus Pasar Internasional, Kopi Hingga Keumamah

Pembina Industri Ahli Madya Kemenperin, Indra Akbar Dilana. | Foto: Riska Zulfira/masakini.co

MASAKINI.CO – Kementerian Perindustrian menilai produk unggulan Aceh memiliki peluang besar menembus pasar internasional, mulai dari kopi Gayo, nilam, olahan ikan seperti keumamah hingga kerupuk Eumping Meulinjo.

Pembina Industri Ahli Madya Kemenperin, Indra Akbar Dilana, mengatakan potensi besar itu jika dikelola dengan tepat lewat hilirisasi, kemasan modern, dan kemitraan industri, UMKM Aceh mampu bersaing di tingkat internasional.

“Aceh Tengah punya kopi, Aceh Barat dan Aceh Selatan kaya dengan nilam, Aceh Timur banyak olahan ikan. Kalau fokus dikembangkan, produk-produk ini bisa menjadi ikon ekspor Aceh,” katanya dalam Aceh Economic Forum di Balai Meuseuraya, Banda Aceh, Jumat (26/9/2025).

Indra menekankan, penguatan UMKM tak boleh berhenti di produksi. Nilai tambah dan hilirisasi jadi kunci agar produk lokal tidak hanya dikenal, tapi juga dicari di pasar internasional.

Indra mencontohkan, keumamah atau ikan kering Aceh berpotensi dipasarkan hingga Timur Tengah, khususnya untuk konsumsi jemaah haji dan umrah. Namun, diperlukan pengemasan modern agar daya simpannya lebih panjang.

“Kalau sekarang hanya tahan dua sampai tiga bulan, kita dorong supaya bisa enam bulan. Jadi ketika dipasarkan ke Jeddah atau kota lain, kualitasnya tetap terjaga,” ujarnya.

Selain keumamah, produk lain seperti emping melinjo, aneka keripik, hingga capli juga punya peluang besar. Bahkan, kata Indra, emping melinjo Aceh sering dicari karena harganya kompetitif. “Sekarang tinggal bagaimana kita membuka pasar yang lebih luas, termasuk lewat platform online,” ujarnya.

Untuk mendukung hal itu, Kemenperin telah menyiapkan layanan rumah kemasan Aceh dan klinik kemasan, agar produk lokal memiliki tampilan menarik sekaligus umur simpan lebih panjang.

Indra menegaskan, kunci pengembangan UMKM Aceh ada pada hilirisasi dan kolaborasi. “Kita tidak bisa jalan sendiri. Perlu sinergi dengan kampus, pelaku usaha, dan pemerintah daerah. Kalau semua bergerak bersama, UMKM Aceh bukan hanya bisa bertahan, tapi juga bisa bersaing di level nasional bahkan ekspor,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist