MASAKINI.CO – Pagi hari dari Sipagimbar aku melaju, menembus jalanan sejauh delapan belas kilometer. Tak sampai setengah jam, langkahku terhenti pada sebuah rumah tua dindingnya renta, namun di sana tergambar seekor gajah, simbol asing di tanah yang lebih mesra dengan kerbau. Di sinilah Ulu Mamis, desa yang berada di Kecamatan Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara menyambutku.

Seorang pemuda bercerita lirih desa ini tumbuh dari jejak Beginda Ulu Mamis Ritonga. Rumah itu, saksi lebih dari seabad usia, masih berdiri menahan waktu. Tak jauh darinya, makam sang pendiri bersemayam. Di depannya terukir kepala gajah, di sekelilingnya terpatri alat dapur, perlengkapan adat, keris dan senjata, bukan sekadar ukiran melainkan bisikan sejarah, tentang perlawanan, tentang keberanian, tentang jejak yang tak pernah hilang.

Aku kembali kelintasan untuk mendokumentasikan event “Taksa Family Adventure #1”, Explore Rantau Prapat – Sipagimbar yang digelar Indonesia Off-road Federation (IOF) Pengcab Labuhanbatu, 2×1 Division, trabas yang menembus enam kabupaten.

Di balik deru mesin dan lumpur yang terpecah, kameraku justru menangkap wajah-wajah desa, warga yang bersantai, anak-anak yang bersemangat menyambut para pengendara dengan tatapan penuh kagum.

Di sela perjalanan, mereka singgah di warung desa, menyeruput kopi hangat sambil mencicipi gorengan. Warung-warung kecil menyajikan yang terbaik bagi tamu yang datang, dan desa pun ikut hidup dalam riuh singgah para penjelajah.

Dari sini aku belajar, sebuah perjalanan tak hanya tentang menaklukkan rute, tetapi juga menghidupkan kampung yang dilalui. Kiranya, ajang seperti ini layak terus dihidupkan, menjadi denyut pariwisata, dan membuka pintu harapan bagi ekonomi pedalaman.