Belum Ada Aturan Khusus, Keselamatan Wisata Pantai di Aceh Masih Lemah

Ilustrasi tanda bahaya di pantai. | Foto : istockphoto

Bagikan

Belum Ada Aturan Khusus, Keselamatan Wisata Pantai di Aceh Masih Lemah

Ilustrasi tanda bahaya di pantai. | Foto : istockphoto

MASAKINI.CO – Penggerak wisata di Aceh Besar, Zulfikri, menyoroti lemahnya perhatian pemerintah terhadap aspek keselamatan wisata bahari di Aceh.

Ia menilai hingga kini belum ada simbol, rambu, maupun regulasi yang jelas terkait kawasan pantai mana yang aman atau berisiko untuk aktivitas berenang.

“Belum ada simbol atau rambu-rambu yang menjelaskan kawasan pantai yang boleh berenang dan tidak terutama kawasan Lampuuk. Padahal ini sangat bahaya apalagi pantai kita sering makan korban,” kata Zulfikri dalam Forum Koordinasi Potensi Pencarian dan Pertolongan (FKP3) 2025 di Banda Aceh, Senin (6/10/2025).

Menurutnya, minimnya regulasi dan edukasi keselamatan menjadi penyebab utama masih terjadinya insiden tenggelam di beberapa kawasan wisata laut di Aceh.

Ia menyebut, tidak adanya peraturan gubernur (Pergub) yang mengatur aktivitas berenang di pantai membuat pengelola dan pelaku wisata sulit menegakkan standar keselamatan.

Zulfikri menambahkan, kesadaran masyarakat untuk menggunakan pelampung juga masih rendah. Padahal, banyak kecelakaan di laut yang bisa dihindari jika pengunjung memahami arus laut dan mengikuti aturan dasar keselamatan.

Setiap pengunjung yang turun ke laut seharusnya wajib memakai pelampung dan baju renang. Tapi kami tidak bisa memaksa, karena tidak ada aturan dari pemerintah sendiri,” ujarnya.

Owner Joel Bungalow juga mengungkapkan, hingga kini tidak ada lembaga formal yang berfungsi layaknya Balawista atau petugas penyelamat wisata air/pantai di setiap pantai Aceh.

Padahal, menurutnya, keberadaan petugas penyelamat dan edukasi wisata air sangat penting untuk menekan angka kecelakaan laut.

“Kalau pemerintah mau bekerja sama meminimalisir korban tenggelam, sangat dimungkinkan. Setiap pantai kan punya pengurus. Mereka bisa dibina jadi Balawista, diberikan pelatihan bagaimana menyelamatkan korban tenggelam,” jelasnya.

Selain itu, ia menilai pendidikan keselamatan air perlu diperkenalkan sejak dini. Ia mengusulkan agar pemerintah daerah memasukkan kelas berenang dan edukasi keselamatan air ke dalam kegiatan sekolah.

“Supaya anak-anak lebih paham bagaimana bermain di wahana air, mengenali kondisi pantai yang boleh dan tidak boleh untuk berenang,” ucapnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist