MASAKINI.CO – Kapolda Aceh, Irjen Pol. Marzuki Ali Basyah mengungkapkan adanya jalur internasional peredaran narkotika yang melibatkan jaringan lintas negara dengan memanfaatkan jalur tikus di sepanjang pesisir Aceh. Jaringan ini, menurut Kapolda, dikenal dengan sebutan Golden Triangle dan Crescent Angel.
Kapolda menjelaskan bahwa narkotika jenis sabu yang masuk ke Indonesia mayoritas berasal dari jalur Asia Tenggara, terutama Thailand, Myanmar, dan Vietnam.
“Sabu yang masuk ke Indonesia ini sabu kimiawi, karena harganya lebih murah. Kalau yang dari Iran, itu proses alam natural, lebih mahal, dan biasanya masuk ke Eropa serta Amerika, bukan ke Indonesia,” katanya, Senin (6/10/2025).
Kapolda menerangkan, jaringan Golden Triangle kerap menggunakan nama Cina karena banyak ahli pembuatannya berasal dari sana. Barang haram tersebut kemudian diselundupkan melalui jalur tikus di kawasan pantai utara dan barat Aceh, dengan dominasi di pantai utara.
“Meski yang beroperasi di lapangan rata-rata warga Aceh, namun markas jaringan ini berada di Malaysia, Thailand, dan Myanmar,” katanya.
Selain sabu, Irjen Pol. Marzuki juga menyoroti peredaran kokain yang mulai menyasar jalur Aceh. Menurutnya, kokain bukan barang konsumsi lokal, melainkan biasanya diperuntukkan bagi pasar Eropa dan Amerika. Namun, beberapa kali Aceh dijadikan jalur transit untuk penyelundupan.
“Kokain ini barang baru di Aceh. Konsumsi terbesarnya ada di Bali, sementara jalurnya kini juga melalui Aceh. Mereka mencari jalur baru karena sulit masuk langsung dari Eropa atau Amerika,” ungkapnya.
Kapolda menambahkan, modus yang digunakan jaringan kokain ini adalah memanfaatkan jasa pengiriman internasional seperti FedEx hingga jalur ekspedisi lain. “Kemarin kita temukan 28 kilogram, lalu 1 kilogram, dan ini masih dalam bentuk kristal. Ada juga yang cair. Ini pola baru yang harus diwaspadai,” jelasnya.
Untuk mempersempit ruang gerak sindikat, Polda Aceh bersama Bea Cukai memperketat patroli di jalur laut yang kerap dijadikan lintasan. Kapolda menegaskan jalur-jalur tikus yang rawan di wilayah timur dan utara terus dipantau secara intensif.
“Kemarin, sabu 1,4 ton ditangkap di Medan. Itu jalurnya lewat Aceh. Sebelumnya di Batam juga diamankan 4 ton sabu. Di Aceh sendiri, kita berhasil gagalkan lebih dari 1 ton,” paparnya.
Kapolda menegaskan bahwa dalam operasi terakhir, pihaknya berhasil mengamankan 80 kilogram sabu dengan total 22 tersangka laki-laki. Ia menilai penangkapan tersebut menunjukkan masih aktifnya sindikat besar yang menjadikan Aceh sebagai pintu masuk narkotika internasional.
“Ini alarm bagi kita semua. Jalur Aceh sudah jadi target peredaran kokain dan sabu internasional. Untuk itu, mari bersama-sama kita hambat pergerakan ini. Tanpa kerja sama masyarakat, aparat akan kesulitan,” pungkas Kapolda.