MASAKINI.CO – Yayasan Geutanyoe merasa ‘janggal’ dengan kebijakan pemindahan pengungsi Rohingya keluar dari Aceh. Sejak dari 2009 sampai sekarang, pemerintah dan lembaga internasional terkait pengungsi, selalu getol memindahkan pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh meskipun segala fasilitas telah dibangun.
Koordinator Kemanusiaan Yayasan Geutanyoe, Nasruddin menuturkan saat fasilitas penampungan pengungsi selesai dibangun, tiba-tiba ditimpali kebijakan yang mengeluarkan pengungsi keluar dari Aceh. Kebijakan ini menurutnya keliru dan terkesan buang-buang anggaran.
“Padahal kita tahu itu dibangun dengan anggaran yang besar dari para donatur,” katanya, Kamis (29/4/2021).
Menurut Nasruddin, pengungsi Rohingya di Aceh sebenarnya merasa nyaman dan aman tinggal di sini. Itu lantaran budaya, makanan, dan kebiasaan hidup lainnya, umumnya hampir sama dengan masyarakat Aceh.
Sementara itu, tambahnya, sambutan warga Aceh terhadap pengungsi Rohingya pun seperti saudara dekat sendiri.
Nasruddin menampik soal alasan pemindahan tersebut karena Aceh “tidak aman” sehingga pengungsi banyak kabur. “Ini menyakitkan hati masyarakat Aceh pasca konflik yang masih sensitif dengan penggunaan istilah tersebut,” tegasnya.
Dia mengatakan, siapa yang bisa menjamin begitu para pengungsi dibawa keluar dari Aceh, mereka nantinya tidak akan melarikan diri kembali menuju Malaysia.
“Padahal itu justru lebih dekat dengan jalur ilegal yang sering digunakan para penyelundup manusia,” bebernya.
Terkait dilema kemanusiaan ini, Nasruddin meminta sebaiknya Pemerintah Aceh dengan persetujuan pemerintah pusat, mulai menetapkan sebuah lokasi tempat penampungan pengungsi secara berkelanjutan di Aceh.
“Agar kedepan penanganan terhadap pengungsi dapat dilakukan secara sistematis dan efisien,” pungkasnya.