MASAKINI.CO – Asupan makanan bergizi jadi hal penting untuk mencegah stunting. Ada empat kelompok yang telah dikategorikan pemerintah rentan terkena stunting, yakni; remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui dan balita.
Remaja putri adalah kelompok yang perlu diintervensi sejak dini untuk mengkonsumsi makanan bergizi. Sebab, asupan gizi dari seorang remaja putri yang kemudian menjadi calon ibu hamil dan menyusui, punya dampak terhadap tumbuh kembang anaknya kelak.
“Kalau kurang gizi akan berdampak pada anak yang dilahirkan, yakni gangguan tumbuh kembang anak atau stunting,” ujar Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh, dr. Sulasmi, Kamis (7/11).
Menurutnya, empat kelompok yang rentan stunting itu saling berkaitan. Pola awal berasal dari remaja putri, kemudian ibu hamil dan ibu menyusui, lantas berujung kepada anak yang dilahirkan.
Dia mengatakan, apabila ibu hamil yang kurang gizi berkelanjutan namun tidak diberikan asupan yang cukup, akan menyebabkan kurangnya gizi kronis dalam jangka panjang. Hal tersebut bakal memicu kelainan fisik dan gangguan sel otak sang anak.
“Sehingga anak tersebut timbul gejala sulit berkonsentrasi dan gangguan kesehatan lainnya,” jelasnya.
Sulasmi mengatakan, kurang gizi terjadi akibat beberapa faktor, mulai dari pola asuh, makanan yang kurang sehat, makanan yang tidak teratur dari seorang ibu hamil sehingga menyebabkan stunting pada balita.
“Jadi awalnya itu dari ibu hamilnya, jika ingin anaknya sehat harus dilakukan intervensi kepada ibu hamil sebelum bayinya dilahirkan,” ujar Sulasmi.
Selain gizi yang buruk, infeksi yang berulang juga salah satu penyebab terjadinya stunting pada anak. Dimana masyarakat atau keluarga tidak menerapkan pola hidup bersih.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk hidup sehat dan rajin melakukan pengecekan terhadap perkembangan anak.
“Karena umumnya anak-anak stunting itu badannya lebih pendek. Jangan menyepelekan karena ini juga menjadi beban negara nantinya,” imbuhnya.
Menurut World Health Organization (WHO), stunting merupakan kondisi tubuh pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD).
Hal ini terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat atau infeksi berulang dan kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
Sementara itu, Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, menyebutkan, dari data stunting pada saat lahir tersebut, bayi sudah 23 persen dalam kondisi stunted, panjang badan di bawah 48 persen.
Kemudian 77 persen atau hampir 80 persen terjadi sesudah lahir, pada pasca kelahiran sehingga ada dua intervensi, yaitu; intervensi sebelum kelahiran dan intervensi sesudah kelahiran.
“Maka intervensi mengkonsumsi makanan bergizi terhadap remaja putri penting dilakukan sejak dini. Karena nanti, perilaku untuk asupan gizi yang baik akan terbawa sampai menjadi dewasa lalu memasuki masa kehamilan,” ungkapnya.