MASAKINI.CO – Lantunan zikir, shalawat dan lantunan ayat suci nyaring terdengar di kawasan kuburan massal Siron Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar.
Warga datang silih berganti membawa doa untuk keluarga dan kerabat yang hilang bersama gelombang tsunami. Usai doa, para peziarah menabur bunga di makam.
Nurmala (51) warga Desa Siron, melihat itu sebagai peluang mendatangkan cuan. Maka ia memilih menjual bunga untuk peziarah. Seorang diri.
Ia mengaku telah melakoni pekerjaannya sejak 19 tahun lalu, sebulan setelah gempa dan tsunami pada 2004 silam. “Sangat lama saya jadi pedagang bunga,” kata Nurmala, Selasa (26/12/2023).
Ia duduk di pedestrian yang di dekatnya terdapat bunga tabur yang telah ia bungkus dengan daun pisang dan plastik. Disusun dengan rapi menyambut para pembeli.
Bunga tabur tersebut dijual untuk kebutuhan ziarah ke pemakaman untuk memperingati bencana tsunami Aceh.
Nurmala memanfaatkan momen ini untuk berjualan bunga tabur, mengingat banyak yang meminta untuk dibawa ke ziarah makam.
Bencana dahsyat itu telah merenggut ratusan ribu nyawa masyarakat Aceh. Kesedihan keluarga tak terbendung akibat itu.
Meskipun dirinya beserta keluarga selamat dari bencana besar tsunami, namun Nurmala ikut berperan dan saling menyemangati keluarga korban lainnya.
Maka Nurmala berinisiatif untuk menjual bunga tabur. “Saat itu sebulan setelah tsunami banyak yang ke sini, dan pada cari orang jual bunga,“ katanya.
Saat peringatan 19 tahun tsunami Aceh, kesibukan Nurmala dimulai sejak pagi pukul 07.00 WIB. Ia mengatur meja tempat dijajakannya bunga tabur.
Kemudian dilanjutkan dengan menggunting-gunting daun pandan serta memotong jeruk yang akan dicampurkan dengan bunga tabur.
“Ada yang diisi air dan ada bunga dalam daun pisang tidak pakai air,” tuturnya.
Nurmala tak hanya menjual bunga tabur saat peringatan tsunami, namun juga saat hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.
Menurutnya, bunga yang ditabur ke pusara orang yang sudah meninggal menjadi kebiasaan agar memberikan aroma yang wangi. Karena aroma bunga dan wewangian dapat memberikan kesan suasana yang lebih sakral.

Bunga tabur yang dijualnya tujuh jenis. Diantaranya pandan, melati, bunga asoka, kantil, bunga kenanga, bunga bugenvil atau bunga kertas dan jeruk purut. “Yang harus ada itu jeruk purut,” sebutnya.
Untuk jenis-jenis bunganya sendiri, Nurmala membeli di pasar serta hasil tanaman sendiri. “Ada juga yang saya ambil dari tanaman di sini (makam) disuruh penjaganya,” jelasnya.
Harga yang dijual pun sangat murah, pembungkus hanya Rp5 ribu saja. Saat banyak peziarah maka semakin banyak penghasilan yang didapat Nurmala. “100 bungkus Insyaallah habis,” celetuknya.
Selain sebagai pedagang bunga musiman, sehari-hari ia juga bekerja sebagai petani, dan merawat seorang cucu yang ditinggal mati oleh ibunya.
“Suami saya sudah meninggal, saya hidup hanya berdua dengan cucu,” kata Nurmala.
Dari duka itu, perempuan paruh baya itu berharap peristiwa tsunami ini dapat menjadi pelajaran bagi semua orang. Bahkan ia mengingatkan untuk tetap berjalan di garis syariat Islam.
“Kita bagi orang yang masih diberi umur panjang harus memperbaiki diri, dengan tsunami ini kita ambil hikmahnya saja,” harap Nurmala.