MASAKINI.CO – Sepanjang tahun 2023 Aceh kehilangan tutupan hutan mencapai 8.906 hektare. Itu setara 1,5 kali luas danau Lut Tawar di Takengon, Aceh Tengah.
Berdasarkan data Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), tiga kabupaten tertinggi deforestasi 2023 yaitu; Aceh Selatan 1.854 hektare, Kota Subulussalam 911 hektare, dan Aceh Utara 866 hektare.
“Sementara akumulasi dari 2017 sampai 2023, Aceh Tengah paling tinggi deforestasi dibanding daerah lain,” kata Manajer Geographic Information System (GIS) HAkA, Lukmanul Hakim.
Namun beber Lukman, secara umum tren deforestasi di Aceh berdasarkan data HAkA, WRI, dan KLHK justru menurun dari tahun ke tahun. “Ketiganya senada bahwa deforestasi menurun,” ujarnya.
Hal itu disampaikannya dalam diskusi bertajuk “Deforestasi Hutan Aceh dan Solusinya” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Kamis (29/2/2024).
Diskusi ini juga menghadirkan Pelaksana Harian Kepala Seksi Sumber Daya Hutan dan Tata Lingkungan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Aceh Galang Bagus Cendana.
Kemudian Sub Koordinator Seksi Inventarisasi Perencanaan Hutan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh Dedek Hadi dan Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Rahmat.
Adapun Rahmat dari BKSDA Aceh dalam paparannya mengatakan, dampak deforestasi hutan salah satunya menyempitnya habitat satwa liar.
“Ada fragmentasi habitat sehingga berkurang ruang gerak atau jelajah satwa,” katanya.
Dia menuturkan Aceh memiliki empat satwa kunci, yaitu gajah, orang utan, harimau, dan badak. Menurutnya, badak satwa paling mengkhawatirkan di Aceh. “Kelompoknya terpisah,” ujarnya.
Sementara Balai Pemantapan Kawasan Hutan Aceh terus memantau kondisi hutan Aceh, termasuk salah satunya dengan menggunakan pencitraan satelit.
Sedangkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh menyebut data dan indikasi deforestasi penting dalam mencari solusi agar kehilangan tutupan hutan di Aceh tidak masif.
