MASAKINI.CO – Pedagang suvenir di seputaran kompleks Stadion Harapan Bangsa (SHB) Banda Aceh, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut, mengeluh sepi pembeli.
Tommy, seorang pedagang suvenir asal Jakarta mengaku penghasilan yang didapat tak sesuai prediksi. Menurutnya, berdasarkan pengalaman berjualan pada event-event besar seperti PON, ia kerap mendapat keuntungan yang besar.
“Tapi kali ini tidak. Saya pun heran, pendapatan kami sangat minim pada PON di Aceh,” katanya kepada masakini.co, Jumat (13/9/2024).
Adapun suvenir yang dijual Tommy mulai dari gantungan kunci, bros, topi, pin PON, jaket hingga kaos logo PON Aceh-Sumut. Harganya dibandrol mulai dari Rp5 ribu untuk bros hingga Rp150 ribu barang seperti jaket.
Tommy menyebutkan telah berjualan sejak 9 September 2024 lalu. Per harinya ia hanya mampu meraup omzet Rp2,5 juta. Jumlah itu diluar perkiraan awal yang dinilai capai Rp25 juta per hari.
Menurut Tommy, rendahnya daya beli suvenir di Aceh diakibatkan penempatan stand yang tidak terpusat. Sebelum ke Aceh, dia menerima informasi bahwa pusat suvenir ditempatkan di depan stadion.
“Akan tetapi kita lihat ini pembelinya berpencar-pencar tidak terpusat di sini,” ucapnya.
Atas kondisi itu, Tommy mengaku akan berpindah lokasi lebih cepat. Ia berharap di lokasi penutupan yakni Sumatera Utara penghasilan bagi pelaku usaha sepertinya dapat lebih meningkat.
“Kami rencana mau ke Medan minggu ini, untuk persiapan penutupan,” katanya.
Hal serupa juga diutarakan pedagang aneka street food di kompleks SHB, Yono. Ia mengatakan daya beli masyarakat sangat rendah lantaran lokasi penjualan dengan venue kegiatan jauh.
“Harusnya pemerintah dapat memfasilitasi agar masyarakat dapat berbelanja di sini,” ungkapnya.