MASAKINI.CO – Pohon itu berdiri tegak. Coklat warnanya. Tangkai-tangkainya menjulang ke berbagai penjuru mata angin. Ragam gambar berpesan lingkungan di tempel di depan pintu masuk Auditorium FMIPA Universitas Syiah Kuala (USK).
“Semoga kita selalu sadar akan menjaga lingkungan ya. Jangan hanya mikir diri sendiri. Ingat kita juga tinggal di bumi,” bunyi tulisan pada kertas pesan harapan, disertai lambang love. Yang ditulis oleh salah seorang mahasiswa.
Keresahannya selaras dengan kondisi dunia akhir-akhir ini. Isu perubahan iklim mengguncang dunia. Awal September 2024, WMO, sebuah organisasi meteorologi dunia dari PBB melaporkan, sungai-sungai di bumi mengalami kondisi terkering selama lebih dari 30 tahun, gletser mengalami pencairan massa es terbesarnya dalam setengah abad.
Sementara di Aceh, kurun dua tahun terakhir mengalami panas yang luar biasa. Bahkan Juli lalu, data BMKG Stasiun Aceh mengemukakan, suhu Banda Aceh mencatat angka tertinggi, yaitu mencapai 36,3 derajat celcius.
Siang itu, dari mimbar Auditorium FMIPA USK, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dr. Ardhasena Sopaheluwakan mengutarakan keresahannya, bahwa suhu panas yang terjadi di Indonesia, belum ada tanda-tanda segera berakhir.
“2024 sangat besar peluang menjadi rekor terpanas,” bebernya, Selasa (8/10/2024).
Co-Vice President SERCOM World Meteorological Organization tersebut menilai, generasi muda adalah harapan, untuk memulihkan bumi yang kian renta. Apalagi mahasiswa. Muda, kritis, inovatif dan bisa menjadi corong sebaran data maupun informasi kepada masyarakat.

“Bumi tidak sedang baik-baik saja. Generasi muda yang bisa menghapus dosa, dari perubahan iklim yang dilakukan generasi dulu,” sebut Ardhasena.
Sejumlah 100 lebih mahasiswa yang hadir, akademisi, juga perwakilan dari sejumlah instansi, manggut-manggut mendengarkan pernyataan tersebut. Beberapa mencatat di buku tulis, sejumlah yang lain mengetik di gawainya.
Ia menitip harap, dari kegiatan Literasi untuk Aksi Iklim tersebut meningkatkan pemahaman, menjadi solusi adaptasi atas perubahan iklim yang terus terjadi. Salah satu upaya yang telah dilakukan, BMKG gencar bekerjasama dengan akademisi, untuk menciptakan sebuah trobosan. Meski pun, informasi BMKG sudah ada dan tersedia dimana-mana.
“Karena kalau akademisi yang ngomong lebih dipercaya. Membangun kepercayaan sangat penting. Sebab sebenarnya, informasi merambat secepat kepercayaan,” akunya.
Ada banyak peran yang bisa diambil dalam menanggulangi perubahan iklim. Salah satunya, dimulai dari rumah tangga. Dengan mengelola sampah dengan baik. Sebagai perguruan tinggi, USK hadir untuk itu. Berkat kolaborasi dengan BMKG dan mitra lainnya.

Menabung Emas Dari Sampah
“Preng, preeng, preeng.” Tabuhan rapai menandai peluncuran e-tikbroh.yak. Sebuah aplikasi mobile inovatif, yang tersedia di Playstore untuk pengelolaan sampah di era digital. Dibuat oleh mahasiswa USK.
Aplikasi ini sudah beroperasi. Menjemput sampah non-organik yang sudah terpilah dari masyarakat, dan mengantarkannya kepada mitra yang membutuhkan. Untuk diolah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual. Singkatnya, seperti penggunaan aplikasi Gojek.
Sebelum lauching hari itu. Jauh-jauh waktu, kala aplikasi masih dalam tahap pengembangan. Proses e-tikbroh.yak telah berjalan. Alue Naga, Kabupaten Aceh Besar menjadi percontohan.
Yusniar, seorang warga pengguna e-tikbroh.yak bersaksi, sebelum mengenal aplikasi buatan USK itu. Ia masih keliru mengelola sampah. Seperti membakar.
Prilaku ini, berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Yang berdampak terhadap perubahan iklim.
“Setelah ada e-tikbroh.yak, sampah kami tidak lagi berserakan. Bisa mendapatkan poin, mendapatkan uang, atau bisa menabung emas,” ungkap Yusniar.
Sampah-sampah yang ditampung e-tikbroh.yak berguna. Diantarkan kepada warga lain, yang kreatif memanfaatkannya. Salah satunya, Erlina Marlinda, penyandang disabilitas ini mengolah sampah menjadi sebuah produk.
“Sampah-sampah yang pernah saya olah, atau saya ajarkan ke teman-teman disabilitas lainnya. Ada dari tutup botol, plastik, kardus, kain perca. Untuk saat ini kita fokus di kain perca. Menginggat lebih mudah, dan banyak variasi yang bisa diolah,” ungkapnya.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat USK, Prof. Dr. Ir. Taufiq Saidi., M.Eng., IPU menegaskan komitmen USK tehadap lingkungan. Saban kali pembekalan mahasiswa baru (Pakarmaru), sosialisasi terhadap lingkungan lewat Bank Sampah, hingga kini menjadi agenda wajib.
“USK terus melakukan aksi nyata demi kelangsungan bumi yang kita cintai. Bahkan sudah lama, USK telah memiliki Bank Sampah, yang aktif sampai hari ini,” bebernya.