MASAKINI.CO – Musibah besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 kini sudah 20 tahun berlalu. Gempa yang terjadi pagi hari itu merobohkan banyak bangunan. Lalu disusul gelombang tsunami meratakan apa saja yang dilaluinya.
Meskipun tragedi itu meninggalkan luka mendalam, Aceh kini telah bangkit dan menunjukkan kekuatannya melalui pemulihan yang luar biasa, termasuk dalam sektor pariwisata.
Jejak-jejak luka tak dianggap lagi akan membangkitkan trauma. Sebaliknya, jejak itu oleh pemerintah dipugar hingga menjadi objek wisata yang tak pernah sepi pengunjung.
Salah satunya kubah masjid di Gampong Gurah, Pekan Bada, Aceh Besar. Kubah berukuran sekitar 4×4 meter ini tak lagi berada di atap masjid, melainkan teronggok di lantai.
Sekeliling kubah yang kini telah menjadi kompleks itu dipercantik dengan dibuatkan taman. Halaman parkirnya pun luas. Saban hari selalu saja ada wisatawan ke mari.
Tempat wisata ini belakangan populer dengan lakab Kubah Tsunami.
Syahdan, kubah masjid itu berasal dari Gampong Lamteungoh, sekitar 1,5 kilometer dari Gurah.
Lamteungoh bersisian dengan bibir pantai. Gelombang tsunami yang terjadi pada dua dekade lalu itu menggulung seisi kampung tersebut.
Di luar kuasa manusia, meski bangunan masjid rusak, justru kubahnya tetap utuh. Namun kubah ini terbawa jauh hingga ke Gurah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza, Kamal, mengajak semua pihak untuk dapat terus merawat salah satu destinasi wisata di Tanah Rencong ini.
“Aceh memiliki banyak potensi untuk menarik minat kunjungan wisatawan, tak terkecuali situs-situs peninggalan tsunami,” katanya.
Jejak Kubah Tsunami biasanya akan ramai dikunjungi kala mendekati peringatan musibah dahsyat itu pada 26 Desember. Bukan hanya orang Aceh, warga dari seluruh penjuru dunia pun berkunjung ke sana untuk mengenang sekaligus belajar memahami bagaimana mitigasi andai bencana serupa terulang kembali.