MASAKINI.CO – Pandemi corona yang juga melanda Aceh, telah menjepit pendapatan warga yang bekerja disektor informal. Namun imbauan di rumah saja, menjadi peluang di tengah langkanya masker.

Ajirna, seorang mahasiswi di Pidie ini misalnya, sejak kampus diliburkan ia memilih menjahit masker. Gadis yang tinggal di Gampong Masjid Lam Ujong, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie ini telah memproduksi lebih 200 masker.

Mahasiswi Fakultas Tehnik Komputer semester akhir di Universitas Jabal Ghafur Sigli ini, bandrol maskernya seharga Rp4 ribu. Maskernya diecer di toko seharga Rp5 ribu perlembar.

“Kalau pesanan selama ini semakin bertambah, ini saja sudah 200 lebih. Kami jual secara grosir dan eceran,” jelas anak keempat dari lima saudara tersebut.

Selama ini, anak dari pasangan M. Thayeb dan Nazarwati tersebut, mampu menjahit lebih dari 20 pieces masker setiap harinya.

Walau pendapatannya meningkat, Ajirna tetap berdoa agar wabah corona cepat berlalu.

Penjahit masker lainnya Diana Murianti (23), warga Perumnas Rawa, Kecamatan Kota Sigli bahkan sudah mendapat pesanan masker hingga 100 lusin. Setiap lusinnya dijual Rp60 ribu. Ia bahkan mendapat pesanan dari Banda Aceh dan Kota Langsa.

“Saya tidak jual, produksi jika ada yang mesan saja. Sekarang pesanan sudah ada 100 lusin. Ada yang ke Banda Aceh dan Langsa, sisanya di Sigli,” terangnya.

Sebelumnya, Diana menjahit pakaian wanita. Namun wabah corona menyebabkan permintaan turun, ia beralih menjahit masker. Usahanya berkembang pesat hingga merekrut dua pekerja.

“Insya Allah selama ini sehari dapat jahit 25 lusin masker. Jadi ada tiga yang jahit, tambah dua karyawan dan saya,” ungkap lulusan Unigha Sigli, Fakultas Ilmu Hukum ini.[Zian]