Kasus Covid-19 di Aceh Meningkat, IDI: Jangan Anggap Remeh

Ilustrasi: Petugas mencatat identitas pengunjung warung kopi yang jalani rapid test corona. [M Aulia]

Bagikan

Kasus Covid-19 di Aceh Meningkat, IDI: Jangan Anggap Remeh

Ilustrasi: Petugas mencatat identitas pengunjung warung kopi yang jalani rapid test corona. [M Aulia]

MASAKINI.CO – Jumlah pasien positif Covid-19 di Aceh kembali menunjukkan tren peningkatan. Beberapa kali mencatat nihil kasus, belakangan ini kasus terkonfirmasi positif telah mencapai 86 orang per tanggal 2 Juli 2020.

Kendati relatif kecil dibandingkan daerah-daerah lain yang terpapar, peningkatan dalam beberapa hari ini patut diwaspadai. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Aceh mengingatkan, tren ini tidak boleh dianggap remeh.

“Eskalasi (penularan Covid-19) di Aceh awalnya sangat rendah, tapi belakangan menjadi 86 kasus dalam tiga minggu terakhir. Saya menyesalkan adanya kekurangwaspadaan itu dan kita buktikan ledakan terjadi dan ini sangat mungkin bisa terus,” kata Ketua IDI Aceh, Safrizal Rahman dalam Webinar Leader Talk iNews bertajuk “Jurus Aceh Terhindar dari Covid-19,” Kamis (2/7).

Safrizal mengingatkan, dalam masa dua bulan ketika Aceh sangat landai semestinya menjadi persiapan yang baik untuk mengantisipasi. Namun, ketika perkembangan Covid-9 di Aceh landai, masyarakat seakan lupa.

Terlebih ketika semua daerah banyak menuju fase tatanan kehidupan baru atau new normal, Safrizal melihat, masyarakat Aceh cenderung tidak lagi mengetatkan protokol kesehatan.

Dia juga mengkritisi tes terkait Covid-19 di Aceh yang terbilang sangat rendah. Padahal, tes ini dapat menjadi salah satu alat ukur untuk mendeteksi seberapa banyak sesungguhnya kasus terkonformasi positif.

“Kalau kita bandingkan misalnya dengan Sumatera Barat yang telah mencapai 7.000 per 1 juta penduduk, Aceh ini baru 3.000. Ini yang saya kritisi karena masih sangat kurang,” ucap Safrizal.

Dia mengingatkan, kunci dalam mendeteksi dan mengendalikan virus corona yakni 3 T yaitu test, tracing, dan treatment. Pada daerah-daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan, sebisanya dapat dilakukan rapid test. Namun sebenarnya akan lebih baik dimasifkan Real Time PCR.

“Kalau saya ibaratkan harimau, orang positif ini harimau yang sudah di kandang, aman dia. Nah yang bahaya itu bagaimana harimau yang di luar kandang, itu bisa menerkam dan mencari mangsa-mangsa baru,” sebutnya. [Inews.id]

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist