MASAKINI.CO – Hutan kawasan ekosistem Leuser luasnya mencapai 2,6 juta hektar yang terbentang di dua provinsi, yakni Aceh dan Sumatera Utara. Seluas 2,25 juta hektar hutan Leuser itu berada di Provinsi Aceh, yang merupakan salah satu kawasan hutan kaya dengan flora dan fauna.
Misalnya, salah satu fauna tersebut adalah orangutan sumatera (Pongo abelii).
Secara alami, orangutan sumatera hanya ditemukan di dalam Kawasan Ekosistem Leuser yang berada di 13 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.
Dilihat dari fisiknya, orangutan sumatera berbulu tebal dan panjang berwarna dominan coklat dan jingga. Untuk pejantan, satwa yang secara genetik hampir menyerupai manusia ini, memiliki dagu panjang dan kantung pipi menggelambir ke bawah.
Juga mirip manusia, orangutan betina dewasa akan hidup bersama dengan anaknya. Anak-anak mereka mulai diajarkan hidup mandiri setelah berusia 3,5 tahun, rata-rata usia reproduksi satwa ini yaitu pada usia 15 tahun.
Makanan utama orangutan sumatera sekitar 60% adalah buah-buahan, sementara sisanya adalah pucuk daun muda, serangga, tanah, kulit pohon dan kadang-kadang telur serta vertebrata kecil.
Orangutan sepanjang hidupnya berada di atas pohon dan untuk mendapatkan air, lazimnya mereka peroleh dari buah-buahan dan air di lubang-lubang pohon.
Hewan ini merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/ MenlhWSetjen/KUM.112/ 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.20/ MenlhWSejen/ KUM.1/ 6/ 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan, populasi orangutan sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80%. Orangutan sumatera masuk kategori kritis. Jumlah Orangutan Sumatera sendiri di alam untuk saat ini diperkirakan 13.846 individu.

Melihat Orangutan Secara Langsung
Ingin melihat orangutan sumatera secara langsung di habitat alaminya? Salah satu tempat yang layak dikunjungi adalah Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara.
Kecamatan yang sebagian wilayahnya masuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) itu merupakan daerah yang masih bisa melihat orangutan sumatera secara langsung dan tidak perlu harus berjalan berhari-hari di dalam hutan.
Orangutan di hutan Ketambe juga sudah biasa melihat manusia, sehingga mereka akan tetap melakukan rutinitasnya tanpa merasa terganggu dengan kehadiran manusia.
Melihat orangutan sumatera beraktivitas merupakan hal yang cukup menarik, terlebih saat orangutan betina sedang bersama anaknya.
Melihat binatang itu berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya, sambil mencari buah-buahan atau daun muda, memakan rayap, pada sore hari membuat sarang dari cabang pohon dan daunan satu hal yang unik.
Seorang pengelola wisma di Ketambe, Mr. Johan mengatakan umumnya wisatawan yang ingin melihat aktivitas orangutan secara langsung itu adalah orang dari luar negeri.
“Mereka akan tinggal di Ketambe berhari-hari hanya untuk melihat satwa ini sambil menyusuri hutan,” kata Johan.
Dia menuturkan, sudah tak terhitung berapa wisatawan mancanegara yang ditemaninya untuk melihat orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser. Turis-turis asing yang datang silih berganti itu, dengan senang hati ditemani Johan. Kadang kala ia juga berbagi kisah yang lain, terutama tentang Ketambe dan masyarakat.
Usia Johan kini tak muda lagi. Dia sudah jarang masuk hutan. Namun, ada beberapa orang anak didiknya yang kini menggantikan Johan. Mereka siap sedia membantu wisatawan yang menaruh penasaran ingin melihat orangutan dari dekat.
Johon berbagi pengalaman soal waktu yang tepat untuk melihat orangutan. Dia bilang, seorang pemandu harus mahfum memperhatikan kapan musim buah tiba.
“Hanya musim buah saja yang perlu diperhatikan. Sebab, kalau tidak musim buah orangutan agak sulit ditemukan,” jelasnya.
Selain di Ketambe, Aceh Tenggara, untuk melihat orangutan secara langsung juga bisa dilakukan di hutan rawa gambut Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Itu sebuah wilayah di Kabupaten Aceh Singkil yang terpaut jarak 659 kilometer dari ibu kota provinsi Aceh, Banda Aceh.
Untuk menjangkau Rawa Singkil, tak ada alternatif jalan darat. Perjalanan bakal menyusuri sungai yang hanya bisa ditempuh pakai menggunakan perahu.
Namun yang harus dipahami, untuk memasuki kawasan konservasi, wisatawan harus mengantongi izin dari lembaga terkait. Izin ini penting untuk memastikan salah satunya soal keselamatan baik bagi wisatawan, maupun juga bagi flora dan fauna yang ada di dalam kawasan tersebut.
Ketika masuk ke dalam kawasan konservasi pun, wisatawan juga dilarang memberi makanan kepada orangutan dan satwa lainnya di habitat alami mereka. Hal ini dilakukan agar prilaku satwa di habitat alaminya tidak berubah.
Selain itu, hal penting yang harus dipahami oleh siapa saja yang ingin memasuki kawasan konservasi, janganlah membuang sampah sembarangan. Bagaimana, tertarik mengunjungi Suaka Margasatwa Rawa Singkil atau Ketambe untuk melihat tingkah menggemaskan orangutan sumatera? [Junaidi Hanafiah]