MASAKINI.CO – Musliadi (37) panen nilam di ladang miliknya. Ia petani di Desa Geunteut, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar yang menjadikan nilam sebagai primadona.
Selain harga tinggi, ia memilih tanam nilam karena mudah dirawat dan dibudidayakan.
Membudidayakan Nilam ini hanya dengan cara memotong dahan Nilam, membersihkan daun hingga menyisakan pucuknya dan langsung menanamnya.
Nilam yang selesai dipanen langsung memasuki proses penyulingan, salah satu tempatnya di laboratorium Atsiri Research Centre (ARC) USK.
Di laboratorium tersebut terdapat mahasiswa yang sudah dibekali pemahaman tentang penyulingan minyak Atsiri.
Biasanya juga terdapat hasil dari penyulingan mandiri dibawa ke lembaga ARC di Banda Aceh untuk disaring menggunakan alat yang berbeda.
Pasalnya, minyak yang baru selesai dari proses penyulingan masih banyak mengandung kotoran dan air, sehingga belum dapat menghasilkan minyak yang berkualitas.
Selain memberi pembekalan terkait pembudidayaan nilam, ARC juga membantu pemasaran produk berbahan dasar nilam yang dikenal hingga ke mancanegara.