MASAKINI.CO – Farhaniza tak menyangka, produk kecantikan telah merengut kebahagiannya. Tapi ia tak patah arang. Terus berjuang menghadapi infertilitas, akibat pemakaian produk perawatan sembarangan.
“Saya ketahui setelah dokter membuat diagnosa polycystic ovarian syndrome penyakit kelainan endocrine yang membuat sulit memiliki anak,” kata perempuan dengan sapaan Dara itu. “Dengan riwayat keguguran sekali.”
Usai merubah gaya hidup dan menganti seluruh produk perawatan tubuh. Asanya memiliki momongan tercapai. “Saya menunggu lima tahun, hingga akhirnya saya memiliki anak,” sebut Dara, dalam cuplikan wawancara Women’s Earth Alliance.
Ia tak ingin perempuan di dunia mengalami pengalaman serupa. Lantas ibu muda kelahiran 35 tahun silam itu, mendirikan Yagi Forest Skincare. Produk perawatannya berbahan baku lemak coklat. Perempuan asal Banda Aceh ini juga memakai bahan organik dari hutan Aceh.
Lebih delapan tahun sudah Dara mengeluti dunia skincare, namun masih mengusung diferensiasi produk dengan mempertegas konsepnya, industri ramah lingkungan dan berkelanjutan. Aman bagi kesehatan konsumen namun tetap tidak merusak hutan.
Menurut Dara, Yagi merupakan bahasa Azerbaijan yang berarti butter atau mentega. Terinspirasi dari produk cocoa butter yang sudah discontinue, dia berinisiatif memproduksi sendiri dan mengembangkan produk lokal.
Awalnya ia belajar otodidak meracik bahan kecantikan. Tapi sejak tahun 2015, mulai merintis membuat nutrisi perawatan kulit sebagai kerja sampingan. Tiga tahun berikutnya ia terbang ke Inggris Raya, menempuh pendidikan singkat membuat skincare natural.
Sepulangnya dari United Kingdom (UK), ia memaksimalkan Yagi Natural dengan formulasi tepat dan kandungannya aman bagi para konsumen serta penyesuaian dengan iklim tropis Indonesia.
“Jadi memang sangat aman untuk konsumen,” kata Dara pada masakini.co, akhir Juli lalu.

Selain hutan Aceh, bahan dasar Yagi berasal dari hutan Kalimantan, Jawa dan Maluku. Seperti minyak kelapa organik dari pulau Simeulue Aceh, minyak tengkawang dari Sintang Kalimantan, lemak coklat, dan tamanu dari Jawa, juga kopi dari Gayo Aceh.
Lulusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, menyebutkan pengolahan skincare berbahan baku alami lebih sulit diolah dari pada skincare yang memiliki zat sensitif. Hal itu disebabkan meracik dengan takaran yang sesuai agar cocok untuk kebutuhan kulit konsumen.
Kini Yagi Natural telah memiliki 17 varian produk seperti Haircare (shampo, conditioner dan serum), Bodycare (body serum, body wash dan scrub). “Serta kami juga mengolah aneka essential dan deodorant,” sebutnya.
Semua produk tersebut, kata Dara, dibanderol dengan harga bervariasi, mulai yang paling rendah Rp115 ribu hingga Rp350 ribu.
“Untuk produk yang paling laris itu pada shampo,” sebutnya.
Setiap produk Yagi sendiri memiliki ragam khasiat sebagai solusi untuk menghadapi permasalahan umum, seperti shampo. Katanya shampo brand Yagi memiliki manfaat untuk mengatasi rontok dan mengatasi ketombe serta membuat rambut jauh lebih lebat.
Berbeda dari produk lainnya, deodoran Brand Yagi ini dalam pembuatannya tidak menggunakan bahan aktif aluminium, karena dapat berbahaya.
“Namun kita menggunakan magnesium karena dapat mengendalikan bakteri pada ketiak,” ujar Dara.
Seiring berjalannya waktu, Yagi Natural pun kian memperkuat tim marketing dan menentukan langkah strategis dalam menyampaikan pesan atau informasi secara lebih menarik.
Bahkan tak tanggung-tanggung kini yagi telah mengepakkan sayapnya dengan merambah ke pasar nasional. Dibantu 17 karyawan di rumah produksinya di Banda Aceh, dirinya pun mulai mengembangkan produk skincare milik Yagi Natural sampai bisa diterima masyarakat.
Hingga akhirnya, kini produknya tersebut sudah punya market paling besar di Jakarta, dan hampir seluruh gerai kosmetik wilayah Aceh.
Seiring produknya yang makin meluas, Yagi Natural kemudian membangun kantor pemasaran dan distribusi Yagi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan dibantu tiga orang karyawan.
“Kita juga sudah merambah ke Market Place seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada, dan beberapa toko di Jakarta Selatan,” tambah Dara.

Meskipun produk lokal Aceh, produk Yagi lebih diminati konsumen luar Aceh. Hal itu dibuktikan banyaknya masuk orderan secara online.
Per harinya, PT Yagi Forest Skincare mampu memproduksi 200 pcs produk, dan dilakukan secara bergilir.
“Misal hari ini produksi shampo, berarti besok diproduksi bodyscrub dengan jumlah yang sama,” katanya.
Atas kegigihannya, setiap bulan Yagi Natural mampu menjual hingga 600 pcs produk baik di Aceh maupun luar Aceh.
Soal apresiasi, Yagi telah banyak koleksi prestasi. Terakhir menjadi pemasok souvenir untuk KTT G20 di Bali, capaian yang diraih usai bersaing dengan 1.024 UMKM lainnya.
Dari ujung barat sumatera, Yagi sudah membuka lapangan kerja dan memberi cahaya di wajah wanita nusantara.