Nisan Berbinar Jelang Ramadan

Toko Aceh Prasasti. | Riska Zulfira/masakini.co

Bagikan

Nisan Berbinar Jelang Ramadan

Toko Aceh Prasasti. | Riska Zulfira/masakini.co

MASAKINI.CO – Bau menyengat begitu terasa ketika Muhammad Rizal Salefi mengolesi cat minyak ke atas benda yang melapisi lempengan segiempat berisi keterangan kematian seorang.

Di dekatnya, puluhan batu nisan memiliki bentuk yang beragam. Dominan berwarna hitam dan putih tersusun rapi di dua sisi ibarat gerbang selamat datang.

Masing-masing batu nisan memiliki sepetak granit berwarna hitam serta tulisan berwarna keemasan di tengahnya.

Sementara di sisi lainnya, batu berbentuk kubah dan berwarna putih tersandar pada benda yang berbentuk kuburan lengkap dengan nisan grafir yang menyatu.

Batu nisan itu tampak memiliki tekstur yang halus serta terasa sejuk ketika disentuh. Dari warnanya, kelihatan bahan utama untuk pembuatan tonggak penanda kuburan itu adalah semen putih.

Di situ tertulis bahwa empunya meninggal pada Maret 2023.

Tempat itu mungkin terkesan horor bagi sebagian orang. Pasalnya, nama orang yang telah tiada memenuhi halaman toko yang diberi nama Aceh Prasasti.

Namun berbeda bagi Rizal, ia sudah terbiasa melihat benda-benda tersebut. Pelanggan pun tampak hilir mudik memasuki toko itu.

Menurutnya, mereka datang untuk melakukan pemesanan barang serupa. Namun bukan untuk diri sendiri, melainkan dihadiahkan bagi kerabat atau keluarganya yang lebih dulu berpulang.

Meski tengah sibuk dengan kuas di tangannya, Rizal dengan ramah menyapa pelanggan. Mereka yang datang semua menyebutkan nama beserta tanggal lahir seseorang.

Bahkan tanggal berpulang pun tak lupa disebut.

Muhammad Rizal Salefi pekerja di Aceh Prasasti. | Riska Zulfira/masakini.co

Di Aceh sendiri, aktivitas ziarah pemakaman saat hari-hari besar Islam sudah menjadi tradisi. Maka tak heran minat masyarakat untuk memesan nisan mulai membludak.

Menurut pengakuan Rizal, kondisi di tokonya saat ini sedang ramai. Alasannya, permintaan pembuatan batu nisan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Saat bulan Ramadan hingga Lebaran, dinilai menjadi berkah bagi para perajin nisan atau batu prasasti sehingga mampu mendongkrak omzet para perajin.

“Alhamdulillah kita mengalami peningkatan capai 70 persen dari hari biasanya,” kata Rizal.

Di Aceh Prasasti ini tak hanya dijual nisan grafir namun juga papan nama serta bangunan kuburan.

Berada di kawasan tugu Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Toko dua pintu itu menjawab semua kebutuhan masyarakat untuk mempercantik makam keluarganya menyambut bulan suci.

Sepekan terakhir ini, ia nyaris kuwalahan menerima pesanan.

“Setiap hari bisa masuk pemesanan 10 lembar papan nama, kalau sebelumnya kan jarang,” ujarnya.

Sedangkan untuk set kuburan, kini masih mendapat tiga orderan setiap pekannya.

Ukurannya pun beragam, tapi dominan yang digunakan untuk pemakaman yakni ukuran 20×30 dan 30×40 centimeter.

“Kita juga terima ukiran nama untuk bangunan,” kata dia.

Untuk pengerjaan nisan grafir ini, Rizal dibantu empat tenaga kerja. Mulai dari memotong granit, mengecor, sampai finishing dan pengiriman.

“Kalau untuk pembuatan kuburan jadi itu satu orang, kecuali saat proses pemasangan di lokasi baru dikirim empat orang, termasuk ayah saya,” sebut Rizal.

Sejumlah batu nisan pesanan pelanggan di depan toko Aceh Prasasti. | Riska Zulfira/masakini.co

Usaha prasasti ini telah dirintis keluarganya sejak 10 tahun lalu. Pasang surut telah dilalui.

“Dulu orderan kadang ada kadang engga,” kenang Rizal.

Meskipun hanya menjadi penyambung tangan dari usaha orang tuanya, Rizal paham betul bagaimana proses pembuatan.

Semen menjadi bahan dasar untuk batu nisan sementara yang putih menjadi pelapis luar atau bodi. Kemudian baru diukur dengan nama si pemilik batu nisan.

Berbeda dari yang dulu, tahapan pengukirannya saat ini melalui cara yang lebih modern.

Proses desain telah berbasis komputer hingga pemotongan mal melalui mesin cutting sticker. Kemudian mengukir dengan menuangkan cairan pelebur yang sering digunakan pengrajin grafir.

“Kurang lebih satu Minggu untuk set kuburan, kalau papan ukiran nama hanya dua hari siap,” jelasnya.

Ia menyebutkan, harga yang ditawarkan di tokonya sangat ramah di kantong. Di mana papan ukir mulai Rp100-200 ribu tergantung ukuran.

Sementara kuburan grafir mulai dari harga Rp1,7 hingga Rp3 juta. “Jika pakai semen lebih murah, yang pakai granit capai Rp3 juta,” tuturnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist