Primadona Lebaran, Kue Seupet Biang Cuan

Roslaini mengangkat kue seupet dari cetakan | Ahmad Mufti/masakini.co

Bagikan

Primadona Lebaran, Kue Seupet Biang Cuan

Roslaini mengangkat kue seupet dari cetakan | Ahmad Mufti/masakini.co

MASAKINI.CO – Roslaini (35) mengaduk adonan. Lalu meletakkannya dalam cetakan. Dipanggang di atas sabuk kelapa yang dibakar.

Mata Roslaini terlihat merah dan berair dihajar asap mengepul. Di atas bara api, delapan cetakan tersusun rapi.

Sesekali ia membuka cetakan yang menyerupai penjepit itu. Melihat adonan,“kalau warnanya sedikit coklat itu sudah matang,” kata Roslaini.

Bersama dua keponakannya, ia membuat kue tradisional Aceh yang disebut, kue seupet. Dalam bahasa Indonesia, seupet berarti menjepit. Penamaan kue ini, persis proses pembuatannya. Kue seupet miliki tampilan mirip kue semprong khas Jawa Barat.

Cara pembuatan kue ini terus diwariskan dari generasi ke generasi, seperti Ulfa Safira (21) yang mewarisi teknik meracik kue sepet dari Roslaini.

Mereka membuat kue bukan sekedar dikonsumsi bersama handai tolan saat Lebaran, tapi mengumpulkan cuan.

Roslaini dan Ulfa membuat kue sepit di pondok kayu belakang rumahnya di Desa Bada, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.

Menurut Roslaini membuat kue seupet secara tradisional pakai sabut kelapa atau (tapeh) membuat kue lebih awet. Bahkan diperkirakan dapat disimpan hingga enam bulan lamanya.

“Tapi sekarang sudah banyak menggunakan kompor, tapi rasanya pasti beda,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Masing masing cetakan milik Roslaini, memiliki motif yang berbeda, sehingga satu toples kue bisa beraneka ragam motif bunga.

Roslaini mendapat cetakan dan ilmu dari neneknya. Warisan turun temurun dapat mengantarkan kue seupet miliknya diminati banyak orang.

Alat penjepitnya pun nampak tua. Bahkan diperkirakan sampai puluhan tahun lamanya.

“Kami ini generasi keempat,” sebutnya.

Roslaini bersama ponakannya membuat kue seupet | Ahmad Mufti/masakini.co

Ia mengakui jelang Lebaran permintaan kue seupet meningkat, “biar kerjaan lebih cepat maka kita butuh beberapa orang dengan peran masing-masing.”

Lima menit sekali, Roslaini membalik-balikkan cetakan. Jika ada kue yang matang, ia mengambilnya dengan pisau, lalu memasukan adonan yang baru.

Kue yang sudah matang dilipat cepat, sebelum mengeras. Itulah peran keponakannya, Ulfa membentuk lembaran kue yang masih panas.

Ulfa melipat kue dengan cepat dan hati-hati. Bentuknya segitu tiga, ada pula panjang seperti gulungan ambal.

Meski masih tiga tahun menggeluti jasa pembuatan kue seupet, kudapan miliknya ini telah dikenal oleh masyarakat Aceh dengan nama brand “Hoka Seupet”.

Bahkan mereka kerap mendapat orderan dari luar Aceh seperti Medan dan Jakarta.

Apalagi menjelang Lebaran seperti ini, ia mengaku kewalahan menerima orderan yang membludak. Bahkan hampir sebulan Ramadan ia telah menerima sebanyak 30 kilogram pembuatan kue legend ini.

“Orderannya banyak masuk jelang Lebaran seperti ini, sehari kita hanya sanggup mengolah 1-2 kilo adonan,” katanya.

Selain mendapatkan orderan langsung dari konsumen, biasanya kue seupet Roslaini juga dijual di pasaran. Tentu dengan harga yang bervariasi.

“Per kilo nya kita ambil Rp150 ribu sudah termasuk bahannya, sementara setengah kilo hanya Rp75 ribu,” sambungnya.

Menurutnya, membuat kue seupet terbilang susah karena membutuhkan waktu yang sangat lama. Saban harinya selama Ramadan, Roslaini membuat kue seupet sejak subuh hingga siang hari.

Kue seupet dipanggang | Ahmad Mufti/masakini.co

Kue itu dibuat dari tepung gandum, gula pasir, dan telur, yang dengan cepat dicampur air dan diaduk terus-menerus sampai kental.

Bahan yang dibutuhkan memang tidak banyak, namun pemilihan kualitas bahan sangat berpengaruh terhadap hasil kue.

“Di santannya pun kalau tidak bagus, kue bakal lengket,” ucapnya.

Agar menjaga keawetan alat penjepit, cetakan ini dibersihkan setiap hari setelah dipakai agar tidak karatan. Apalagi cetakan zaman seperti miliknya sudah susah ditemukan di pasaran, sehingga Roslaini menjaga dan merawat benda itu dengan baik.

“Ini lah peninggalan orang tua kami,” tuturnya.

Saat ini, kue seupet banyak ditemukan si lapak jualan kue Lebaran musiman. Pasalnya di Aceh kue seupet menjadi kudapan wajib untuk disuguhkan kepada tamu.

Kue ini mudah ditemui, bahkan dijual di pasaran sebagai oleh-oleh khas Lebaran Aceh. Bagi pemudik yang akan balik, kue ini kerap dibawa serta.

“Kita juga ikut menjajakan di pasar, karena tidak semua datang untuk membuat dalam jumlah banyak,” sebutnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist