Sie Kameng Bang Mus Laris 300 Porsi Sehari

Mustafa pedagang gulai kambing di pasar hewan Sibreh | Riska Zulfira/masakini.co

Bagikan

Sie Kameng Bang Mus Laris 300 Porsi Sehari

Mustafa pedagang gulai kambing di pasar hewan Sibreh | Riska Zulfira/masakini.co

MASAKINI.CO – Saban Rabu tiba, ramai warga mencari Mustafa. Jelang tengah hari, mereka mulai mengantre demi sepiring gulai.

Pria bernama lengkap Mustafa Alayani ini, hanya berdagang gulai kambing (sie kameng) di Pasar Hewan Sibreh, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar.

Di pasar hewan itu, ia dikenal dengan panggilan Bang Mus. Uniknya, walau nasi gulai kambingnya laris manis, ia memilih “jualan sehari dalam seminggu, tiap hari Rabu.”

Gulai kambing racikannya, tersohor di Aceh Besar. Apa lagi sie kameng kuliner khas, disukai mayoritas warga.

Warung makan milik Bang Mus legendaris, mulai dibuka sejak 25 tahun lalu. Usaha itu hasil patungan bersama rekannya Mahyudin.

Sambil melayani para pelanggan Bang Mus membuka lembaran kisah 1998, awal mula ia merintis usahanya.

Sebelum buka warung sie kameng, Bang Mus bekerja di warung makan kawasan Lambaro, Aceh Besar. Kala itu ia masih remaja.

Persis saat usianya masuk 45 tahun, ia berhenti bekerja. Berbekal penggalaman memasak sie kameng, Bang Mus ‘cek ombak’ bisnis kuliner.

Ia tak menyangka warungnya ramai pembeli. Datang silih berganti, “alhamdulilah kita selalu ramai, ada yang makan di sini atau dibawa pulang,” jelasnya.

Saat memasak, Bang Mus menggunakan kayu bakar dan drum sebagai tungkunya. Butuh waktu dua jam sampai daging kambing empuk dan siap disajikan.

Mustafa pedagang gulai kambing di pasar hewan Sibreh | Riska Zulfira/masakini.co

“Kalau tidak empuk dagingnya orang tidak akan menikmati.”

Di lapaknya, Bang Mus dibantu tujuh pekerja lainnya mulai bersiap-siap sejak pukul 08.00 pagi. Dimulai dari membersihkan daging kambing hingga memotong kecil-kecil nangka yang akan dicampurkan dalam rebusan daging.

Menurutnya, topping nangka yang dijadikan gulai memberikan cita rasa khas Aceh Besar,“jadi ini wajib ada.”

Otentiknya rasa kuliner tradisional membuat pelanggan ketagihan. Itu sebabnya Bang Mus mengaku tidak pernah merubah resep dari pendahulunya.

“Kita manfaatkan 12 rempah-rempah Aceh, tak boleh ada yang kurang karena rasanya langsung berubah,” sebutnya.

Selain rempah dan sistem perapian, kelezatan sie kameng Bang Mus juga ditentukan dari pemilihan daging. Ia tak pernah beli kiloan.

Kakek berusia 60 tahun ini membeli seekor kambing setiap hendak jualan. Kambing yang dipilih ditaksir berbobot 25 kilogram daging.

“Per ekornya saya beli 2 hingga 3 juta,” sebut Bang Mus.

Sangking lezatnya sie kameng Bang Mus, laku 300 porsi perhari. “Rasa daging yang masih segar, karena kami beli langsung di pasar hewan di sini,” sebutnya.

Selain itu, kata dia, mereka juga mampu menghabiskan hingga 40 kilogram beras per harinya. Seporsi gulai kambing Bang Mus hanya dibanderol Rp30 ribu.

Omzet yang didapat lumayan mengiurkan. Ia mengaku mampu meraup hingga Rp9 juta setiap warung buka.

“Itu keseluruhan, nanti kita juga bayar pekerja lagi,” pungkas Bang Mus.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist