QRIS Dorong Peningkatan Omzet UMKM di Aceh

Seorang pembeli hendak transaksi menggunakan Qris di salah satu toko kue khas Aceh di Pasar Aceh | Riska Zulfira/masakini.co

Bagikan

QRIS Dorong Peningkatan Omzet UMKM di Aceh

Seorang pembeli hendak transaksi menggunakan Qris di salah satu toko kue khas Aceh di Pasar Aceh | Riska Zulfira/masakini.co

MASAKINI.CO – Dodol, keukarah, pisang sale, hingga bolu ikan atau bhoi ditata rapi. Toko kue kering di pintu masuk Pasar Aceh itu menawarkan ragam kudapan tradisional.

Usai memilih sejumlah kue, seorang pembeli mendekatkan handphone ke papan akrilik persegi panjang itu.

“Sudah selesai ya,” kata pembeli bernama Sri itu, sembari menunjukkan layar ponsel miliknya pada pedagang.

Cepat dan mudah. Begitulah kata yang sesuai saat proses transaksi tersebut berlangsung.

Bagi Sri transaksi non tunai itu sangat memudahkan dirinya saat berbelanja. Karena tanpa perlu bawa uang dalam jumlah banyak.

Ya, saat ini transaksi bisa lebih mudah dengan berbagai macam layanan pembayaran digital. Salah satunya dengan metode pembayaran nontunai Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Dengan layanan ini, para konsumen maupun pedagang bisa menggunakan sistem pembayaran canggih di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Aceh.

Para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Aceh hampir seluruhnya sudah beralih ke digitilasi. Seperti usaha kue tradisional khas Aceh ini.

Mereka telah menyediakan sistem pembayaran yang didukung QRIS dari berbagai perbankan yang ada di Aceh.

Menurut pemilik usaha kue tradisional Aceh, Lina, penggunaan sistem pembayaran QRIS ini sangat memudahkan usahanya dalam melakukan transaksi dengan konsumen.

Di tengah kondisi serba canggih, pembayaran melalui QRIS memberikan segudang manfaat, tak hanya memudahkan konsumen namun juga ikut memudahkan para pelaku usaha.

Ia bercerita, banyak sekali para pembeli yang tidak membawa uang tunai ketika berkunjung. Apalagi para wisatawan yang sedang berlibur ke Aceh.

“Sekarang serba digital, dengan menggunakan QRIS lebih memudahkan kita, karena tak perlu mencari uang kembalian,” kata Lina, Kamis (30/5/2024).

Proses transaksi menggunakan Qris di salah satu toko kue khas Aceh di Pasar Aceh | Riska Zulfira/masakini.co

Wanita 35 tahun ini mengaku sangat terbantu atas kehadiran QRIS di tengah-tengah pelaku usaha.

Selain memudahkan proses transaksi bagi konsumen, kemudahan lainnya yang dapat dirasakannya yaitu tak perlu repot-repot menyetor uang penjualan ke bank.

Karena secara otomatis hasil penjualan langsung tersalurkan pada rekening. Apalagi itu sangat membantu saat dirinya hendak melakukan pemesanan stok kue pada pembuatnya.

“Uang sudah ada di rekening dari hasil transaksi QRIS, jadi kita juga bisa langsung pesan kue pada pembuat tanpa perlu datangi mereka,” kata Lina pada masakini.co.

Lina mengaku merasakan perbedaan yang luar biasa dari sebelum menggunakan QRIS hingga sesudah menggunakan.

Usaha yang telah dirintisnya 2007 silam, tepatnya setelah tsunami memberikan warna yang berbeda bagi usaha kue Lina.

Dari zaman serba manual hingga zaman digitalisasi telah dirasakan. Peningkatan jumlah pembeli menjadi hal positif dan semangat baru untuk dirinya.

“Pembeli lebih meningkat dibandingkan sebelum menggunakan QRIS,” ucapnya.

Ia menyebutkan, kini hampir 60 persen pembeli menggunakan QRIS dibandingkan pembayaran secara tunai. Hal itu pun berimbas terhadap omzet atau pendapatan di toko Lina.

Lina bahkan bisa mengantongi omzet Rp1–2 juta per hari berkat kemudahan layanan QRIS. “Kebanyakan pembeli itu wisatawan yang mau jadikan oleh-oleh,” terangnya.

Meski telah merasakan segudang manfaat menggunakan metode pembayaran QRIS, ia tak menampik adanya gangguan jaringan saat proses transaksi.

Menurut dia, itu kendala yang lumrah terjadi jika memanfaatkan alat digital. Ia berharap agar gangguan jaringan tak sering terjadi agar proses transaksi dan layanan kepada masyarakat dapat dirasakan secara menyeluruh.

“Sejauh ini kendala cuma di jaringan, harapannya itu dapat dikendalikan lebih baik kedepannya,” harap Lina.

Kemudahan transaksi melalui QRIS juga dirasakan pelaku usaha konter pulsa. Seperti diakui Zira.

Seorang pelanggan konter pulsa memanfaatkan Qris | Riska Zulfira/masakini.co

Ia mengungkap penjualan berbagai kuota internet hingga accesoris ini tak perlu lagi menyediakan uang kembalian. Bahkan transaksi digitalisasi ini memudahkan dirinya untuk melakukan transfer atau top up bagi konsumen.

“Banyak orang kita yang meminta untuk top up ke aplikasi dana atau OVO, jadi dana sudah ada tanpa perlu menyetor ke bank,” kata Zira.

Apalagi hampir seluruh pembeli kuota internet di kedai miliknya meminta untuk pembayaran secara non tunai. “Namun ada juga sebagian yang membayar secara cash,” tuturnya.

Kemudahan-kemudahan yang telah dirasakan para pelaku UMKM menjadi fokus dan tujuan Bank Indonesia kantor wilayah Aceh dalam memajukan perekonomian Aceh.

Apalagi Aceh akan menghadapi event besar Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut. Menurutnya itu menjadi momentum untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Aceh.

Bahkan pihaknya menargetkan sebanyak 75 ribu pelaku usaha UMKM di Aceh menggunakan sistem pembayaran QRIS. Tujuannya agar memberikan kemudahan bagi para tamu dan atlet yang datang ke Aceh.

“Data kita sudah ada 39 ribu pengguna QRIS, dan kita akan terus sosialisasi pelaku usaha untuk beralih ke digital,” kata Kepala Perwakilan BI Aceh, Rony Widijarto Purubaskoro akhir Mei lalu.

BI Aceh mendorong pelaku usaha untuk memanfaatkan pesta olahraga empat tahunan ini sehingga target pertumbuhan ekonomi Aceh saat PON dapat mencapai 4 hingga 4,8 persen.

“Harapannya ini dapat dimanfaatkan dengan baik, terutama para pelaku UMKM,”

“Jangan sampai tidak menggunakan QRIS membuat tamu PON tak jadi membeli produk-produk Aceh, pastinya mereka mencari oleh-oleh seperti kue khas untuk dibawa pulang ke kampung halaman.”

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist