MASAKINI.CO – Hitungan detik usai kemelut. Pemain bernomor punggung 28 itu berlari kencang, sejurus kemudian menyambar bola.
“Puum,” bunyi punggung kaki menyentuh bola terdengar. Bola melambung kencang. Menyasar tiang atas gawang. Kiper terbang menghalau. Dan “goool, goool…” teriak rekan-rekannya.
Sementara Refyanshah sang pencetak gol. Terguling-guling. Ia merintih kesakitan, sambil mengelus kakinya setelah terbentur lawan.
Jebolnya gawang Persiraja dari jarak sekitar 25 meter itu, mengundang decak kagum. Sekaligus prihatin, cederanya pemain kelahiran 2004 tersebut.
Laga uji coba tim Liga 2, Persiraja menghadapi tim PON Aceh berakhir imbang 1-1. Saat insiden terjadi ada momen penting terekam wartawan.
“Ooooh! Bek mat, bek mat ile (jangan pegang, jangang dulu),” teriaknya keras, sambil merintih. Akmal yang berada di titik kejadian, menjadi orang pertama berada di samping pemain gelandang tersebut.
Wajah gusar tampak kentara dari tim pelatih di pinggir lapangan. Dokter, perawat beserta fisioterapi telah tiba tepat di depan Refy. Ketika ia relatif tenang, dengan tiba-tiba air es diguyur di bagian kaki kanan Refy yang terkena benturan.
Setelah mendapatkan perawatan. Refy berjalan keluar lapangan dengan tertatih, sembari dipapah oleh dua orang. Peristiwa gol berkelas bercampur nahas tersebut, terjadi antara Refy dengan Rizky Yusuf Nst, gelandang Persiraja yang juga mantan pemain PON Aceh 2021.
Di pinggir lapangan, belum sempurna Refy duduk, seseorang menghampirinya. Lembaran rupiah yang sudah sudah diremas, dijabat pada tangan pemain ini.
Sebuah saweran atas gol indah Refy. Tanpa melihat jumlah, masih dalam genggaman, uang itu langsung dimasukan Refy ke dalam kaos kaki hitam sebelah kanan.
“Tadi ada yang kasih uang. Tapi tidak tau siapa yang sawer. Tidak sempat lihat,” ungkap Refy kepada masakini.co di momen itu, Senin malam (27/8/2024).

Dia bukan satu-satunya pemain yang nahas malam itu. Sebelumnya kapten tim, Mohd Gazi Al Ghifari lebih dulu ditandu keluar. Akibat salah tumpuan. Peristiwa nahas tersebut mejadi ‘kado pembuka’ dari Stadion H Dimurtala, Lampineung.
Setelah direnovasi untuk menyambut PON XXI Aceh-Sumut, laga PON Aceh vs Persiraja menjadi pertandingan pertama yang dihelat di stadion bersejarah itu.
Usai laga, setiba di penginapan di Asrama Haji, Refy membersihkan diri, makan, dan memberikan kabar kepada Masniar, ibunya. Lewat telepon genggam.
“Mak, ini kaki Refy sudah sakit. Ada benturan. Tapi sepertinya tidak parah. Meski ada luka,” tuturnya kepada ibu. “Jangan lupa diobati. Ke depan lebih hati-hati lagi,” jawab Masniar.
Di kamar 213 Refy bercerita. Malam tadi, menjadi penampilannya yang ketiga di Stadion H Dimurthala. Pertama kali ia menginjak rumput markas Persiraja pada 29 Maret 2021, ketika ujicoba Bireuen versus Aceh Besar, jelang Pra PORA. Kedua, di Piala Soeratin U-17 PSSI Aceh 2022.
“Ini juga gol kedua saya di Stadion H Dimurthala. Pertama saat membela Persip Pase lawan Abdya di Soeratin. Golnya juga hampir sama, tendangan jarak jauh,” kenangnya.
Mentalitas Panglima
Mental petarung, dengan semangat pantang tunduk atas lawan menjadi atribut yang mencolok dari Refyanshah. Selain kelebihan disiplin posisi, pemutus serangan lawan, dan long passing. Di setiap laga, tak jarang ia terlihat menyemangati rekan. Ia hadir, saat rekan setim dalam masalah.
Di laga PON Aceh vs Persiraja, sebelum cedera. Refy terlihat adu mulut dengan Adam Maulana, gelandang Persiraja. Musababnya, ada kata yang tidak bisa diterima menurutnya. Kartu kuning harus dilayangkan wasit kepada dua pemain ini, atas cek cok tersebut.
“Pertama itu ributnya dengan Gazi. Saya lihat Gazi udah maju. Biasalah sepakbola ada panas-panasnya sedikit. Adam bilang ke kami: anjing kalian,” tuturnya.

Namun ia mengaku, perang urat saraf menjadi hal lumrah dalam sebuah pertandingan. Bagian dari perang psikologis. Usai laga, semuanya biasa saja dan saling berjabat tangan.
Stabilnya mental Refy tidak lepas dari dua faktor. Pertama, jam terbang. Pemain asal Kuta Baro, Kecamatan Kuala, Bireuen ini sudah pernah merasakan kompetisi nasional. Memperkuat PSBL Langsa di Liga 3 musim 2023/24 di putaran nasional, dan bermain di Piala Kasad Liga Santri 2022. Sekaligus kapten tim.
Kedua, ia mewarisi gen pejuang. Fauzi Ibrahim, ayah Refy adalah salah satu pentolan GAM di masa konflik. Paska damai, pernah menjadi Ketua KPA Batee Iliek Wilayah 2. “Bek pacoi lam kawan (jangan jadi pengecut dalam kawanan),” menjadi pesan yang pernah ayahnya sampaikan, kata Refy.
Di tarkam, ia juga kerap bermain dengan pemain-pemain senior. Kadang menjadi yang termuda. Hal tersebut, diakui Refy berpengaruh besar dalam menempa mentalnya seperti sekarang.
Buah Persiapan
Keberhasilan Refy terpilih menjadi pemain PON Aceh, diakuinya karena persiapan yang matang. “Sebelum PORA, saya sudah mempersiapkan diri. Latihan mandiri. Saat itu saya sudah berpikir jangka panjang, target saya PON. Saya tanam itu dalam benak,” bebernya.
Berlatih di pantai, di lapangan hijau, serta rajin ke gym menjadi tiga menu utama yang ikhtiarkan sejak awal. Tidak lupa, bertanya kepada senior. Terutama mantan pemain PON Aceh 2021, Alvin Abd Halim.
“Saya tanya kiat-kiat untuk seleksi, selera pelatih, dan lain-lain,” ungkapnya.
Isme daerah juga menjadi titik rangsang baginya untuk lolos. Refy berkaca pada PON 2021, ada tiga pesepakbola Bireuen yang membawa Aceh meraih medali perak. Salah satunya Alvin. Refy berfikir, harus ada wakil Bireuen di PON Aceh 2024.
Lebih dari itu, Refy dan Alvin sama-sama pernah mengenyam ilmu sepakbola di SSB Brata. Milik Rukma Amin atau lebih dikenal dengan Cek Kuma. Ia juga termotivasi naik ke jenjang profesional lepas PON nanti.
Mengikuti Zulfiandi dan TM Ichsan, alumni SSB tersebut yang sempat mencicipi timnas Indonesia.
“Termotivasi dengan senior. Saya juga harus seperti mereka. Semoga bisa main di klub profesional setelah PON ini,” harapnya.