MASAKINI.CO – Suasana depan lift lantai dasar Hotel Mekkah ramai. Sejumlah atlet dan official tim dari beberapa provinsi, menunggu giliran untuk masuk. Seorang pemuda dengan rambut klimis, brewok terlihat mencolok.
Ia duduk lesehan. Membuka beberapa kotak air mineral. Merobek merek yang melingkari botol. Sejurus kemudian, bungkusan bubuk oralit yang sudah disobek, ia masukan ke air mineral. Berubahlah air bening berwarna oranye.
“Ini minuman oralit. Untuk pemain, agar tidak dehidrasi,” jelas Muhammad Effendi.
Pemuda berusia 30 tahun itu kitman tim sepakbola PON Aceh. Ia sudah mempersiapkan segala kebutuhan tim sejak pukul 15.00 WIB. Jelang petang itu, Effendi lebih sibuk dari biasanya. Sebab malam hari, Aceh akan menghadapi Sulsel di PON XXI Aceh-Sumut, Sabtu (7/9/2024).
Saban hari, setiap pukul 15.00 WIB, Effendi sudah bersiap. Ia harus pastikan semua lengkap mulai rompi, jersey latihan atau tanding, dari es, ice bag, cone, minuman, hingga setandan pisang. Di awal-awal Pelatda di Sigli, sebelum bertolak ke Banda Aceh, setiap pagi, ia juga bertugas membagikan nasi ke setiap kamar pemain.
“Senang bisa jadi kitman. Karena kita orang bola. Enak sama-sama tim bola,” tuturnya.
Selama menjadi kitman tim sepakbola PON Aceh, Effendi sudah mengalami suka duka. Ketika tim mendapatkan bonus, ia juga kebagian. Tidak ada perbedaan perlakuan di tim, apapun tupoksi yang dijalani. Sebagai manusia biasa, Effendi bukan tanpa cela. Pernah suatu ketika, ia lupa membawa rompi latihan.
“Rompi itu hal penting. Nggak boleh tinggal. Cuma lupa. Sudah tiba ke lapangan, langsung balik ambil,” kenangnya.
Kala itu, tim sepakbola PON Aceh masih tinggal di Asrama Haji, Peurada, Banda Aceh. Effendi yang sudah di Lapangan Sintetis, Lhoong Raya. Mau tidak mau balik ke Asrama Haji. Jaraknya lumanyan jauh.
“Untung ada mobil Ustaz (panggilan sekum PSSI Aceh). Ketika sampai lagi di lapangan, pas tim mau latihan. Jadinya selamat,” ujarnya sambil tertawa.
Sahabat Lama
Sekum Asprov PSSI Aceh, Nazaruddin sudah lama kenal dengan Effendi. Beberapa tahun lalu, ia bermain untuk Kuala Nanggroe FC (KNFC). Tim Liga 3 Aceh milik sekum. Effendi membawa KNFC juara Liga 3 Aceh tahun 2017.
Hubungan itu dijaga baik. Tepat tahun 2019, saat Aceh sedang bersiap mengikuti Porwil. Ia sudah mengajukan nama sebagai kitman.
“Ditelpon lah sama ustaz untuk jadi kitman. Kebetulan sedang di Pulau Jawa, main bola dengan 13 FC. Maka batal,” ungkapnya.
Pada akhirnya, tim Aceh merengkuh emas Porwil. Lalu naik tingkat ke PON Papua, Aceh mendulang medali perak. Hasrat Effendi masuk tim, tidak pudar. Tahun ini, ia masuk sebagai kitman. Kebetulan, Pelatda di Sigli menggunakan lapangan sepakbola Blang Paseh. Dekat dengan rumah Effendi.
Dengan riang gembira, ia melakoni tugasnya penuh semangat. Meski sendiri, tak jarang unsur lain di tim membantunya. Mulai asisten pelatih, fotografer, bahkan para pemain.
Menghadapi Canda
Dunia sepakbola tidak asing bagi Efendi. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan si kulit bundar. Terlahir dengan kekuatan utama kaki kidal, membuatnya memiliki kelebihan lahiriah.
Irisan Effendi dengan sepakbola, mengantarkannya sebagai pemain profesional. Ia berseragam Persiraja musim 2022. Saat kepemilikan Persiraja ditangani ‘Ustaz SBY.’ Sayang, tragedi Kanjuruhan memperpendek usia musim Liga 2 medio itu.
Kini, dari mantan pesepakbola profesional, Effendi menjadi kitman. Tak ada minder darinya. Meski ia mengaku, sejumlah kolega kadang iseng bercanda dengan profesi baru yang ia lakoni.
“Ada juga yang bercanda. Dulu lihat pemain bola, sekarang udah jadi kitmen. Saya jawab, biasa itu kehidupan,” ucapnya.
Bersama tim sepakbola PON Aceh, jiwa dan raganya telah menyatu. Tak jarang, dari pinggir lapangan ia berlari untuk menolong pemain yang terkena benturan, dalam sebuah uji tanding. Dedikasinya hanya satu, ingin melihat tim Aceh merengkuh emas.
“Insyaallah Aceh bisa juara. Asal pemain tidak terpancing emosi dari lawan. Tetap menjalankan instruksi pelatih dengan baik,” pungkas Effendi.