MASAKINI.CO – Sebelum menginjakkan kaki ke Aceh, Christian Vieri telah bertanya-tanya; bagaimana nanti dia yang seorang non-muslim bisa lebih tenang bertanding dan meraih juara pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut.
Vieri telah lama tahu bahwa Provinsi Aceh menerapkan aturan Syariat Islam. Dia was-was, sebagai atlet anggar Vieri kerap berlatih menggunakan celana pendek. Bahkan dalam kesehariannya pun, pemuda asal Jawa Barat ini lebih nyaman menggunakan celana sebatas lutut.
Apakah kenyamanannya ini nanti akan terganggu jika berada di Aceh? Bisakah seseorang yang seperti dirinya menganut agama Kristen Protestan diterima di tengah masyarakat Aceh? Pertanyaan itu menggantung di pikiran Vieri.
Jawaban baru dia temukan ketika sepekan berada di tanah Serambi Mekkah. “Awalnya tuh takut kalau saya keluar pakai celana pendek nanti diapain gitu. Ternyata enggak. Kalau kata saya sih ini mah Aceh toleransinya ada, aman-aman aja,” kata Christian Vieri kepada masakini.co di venue anggar PON XXI kompleks Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Minggu (15/9/2024).
Vieri mengaku culture shock yang sempat mengganggu pikirannya sirna ketika melihat dan merasakan langsung bagaimana masyarakat Aceh memperlakukan mereka yang non-muslim.
“Orangnya ramah-ramah, dan (kondisi) di sini lebih aman,” ujarnya.
Dia mencontohkan ketika keluar malam tak ada satu pun orang yang mengganggu. Vieri merasa sangat aman di Aceh sebab tak ada aksi kriminalitas yang mengintai. Menurutnya penerapan Syariat Islam di Aceh ternyata memberi manfaat besar bagi masyarakat.
“Sementara kalau di daerah lain, kayak saya di Bandung misalnya, banyak geng motor dan lain-lain jadi bikin lebih takut,” ungkap peraih medali perak nomor floret beregu putra pada PON XXI itu.
Kuliner Aceh Nyaman di Mulut
Sebagai atlet Christian Vieri telah melanglang buana ke berbagai tempat. Tapi baru di Aceh dia menemukan satu kuliner yang nyaman ketika disantap. Kuliner itu adalah Sate Apaleh Geurugok.
“Itu sate jadi favorit saya, karena dapat kuahnya dan dapat dagingnya. Nyaman banget ketika dimakan,” katanya.
Meski lahir di tanah Pasundan, Vieri mengaku kuliner Aceh cocok dimulutnya. Dia telah mencoba canai, nasi goreng dan tak lupa kuliner yang telah menjadi ikonik di tanah rencong yakni mi Aceh. “semuanya enak-enak,” ungkap Vieri.
Kuliner Aceh Halal dan Enak
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Aceh, Azhari, mengatakan masyarakat Aceh memang terkenal sangat ramah perihal menyambut tamu.
Menurutnya, hal itu merupakan pegangan masyarakat yang telah lama melekat dalam adat-istiadat Aceh, yaitu ‘Peumulia Jamee Adat Geutanyoe’.
“Begitu adanya adat-istiadat di Aceh memuliakan tamu. Kemudian masyarakat Aceh sangat sopan, sangat moderat dalam hal menerima tamu dan menyesuaikan diri dengan perkembangan adat budaya,” kata Azhari.
Sedangkan soal kuliner, tutur Azhari, Aceh telah terkenal ke seantero negeri. Makanannya kaya akan rempah dan dijamin halal.
Kendati demikian, jauh sebelum ajang PON dihelat, Kanwil Kemenag Aceh juga sudah mendorong agar pelaku UMKM, warung kopi, dan terkhusus usaha yang memiliki produk makanan agar mengurus sertifikasi halal. Azhari mengatakan langkah ini dilakukan untuk menjamin agar warga maupun tamu yang datang tak ragu mencicipi ragam kuliner Aceh.
“Tapi perlu kami sampaikan bahwa semua makanan yang dijual di Aceh itu dijamin halal,” ujarnya.
“Selamat menikmati kuliner-kuliner di Aceh, karena di Aceh hanya ada makanan yang enak dan enak sekali,” pungkas Azhari.