MASAKINI.CO – Hamim Tohari baru saja meniupkan peluit akhir. Pertandingan Persikab Bandung vs PSGC Ciamis di Stadion Kota Barat, Surakarta usai, Kamis (2/1/2025) malam.
Tak ada pemenang dalam laga bertajuk Derby Jabar itu. Skor imbang 1-1. Suasana kedua tim sejujurnya canggung. Sejumlah official PSGC masuk, mempertanyakan keputusan gol balasan Persikab di detik-detik akhir menit 90+5′.
Kecewa tak bisa disembuyikan keluarga besar Laskar Singacala. Protes mereka keras! Titik pijak keyakinan PSGC sederhana: bola belum (seutuhnya) melewati garis. Kekesalan PSGC terutama kepada asisten wasit, yang memberi kode bola itu gol.
Di tengah kecanggungan beraroma kontroversi, cerita lain hadir di pekan ketujuh Liga Nusantara. Empat pemain PSGC menyambangi bench Persikab.
Irza Rahmadian, Hercules, Mahyudin, hingga Rahmad Angga ke sana bukan untuk adu mulut. Tapi menemui Rasiman, pelatih Persikab. Yang sebelumnya, merupakan pelatih mereka di PON Aceh. Kerinduan pun tumpah.
Satu per satu, tangan berjabat. Seolah melunturkan kecanggungan yang sempat terjadi sebelumnya. Lepas dari benar dan tidak kontroversi, bagi mereka hubungan pelatih dan pemain, tak ubahya guru dengan murid.
“Ayo coach, kita foto dulu,” celetuk Irza.
Hanya ada percakapan singkat. Sejurus kemudian, lelaki berkemeja cream kekuningan itu sigap.
“Ayo, ayo, ajak anak Aceh yang lain. Kita foto bersama,” ucap Rasiman.
Ia memberikan aba-aba kepada fotografer tim, untuk mengabadikan momen tersebut. Itu adalah pertemuan lengkap perdana jebolan PON Aceh, setelah terakhir kali, September 2024 ajang PON Aceh Sumut.
Setelah semuanya usai. Dua tim asal Bumi Pasundan meninggalkan lapangan. Bus Persikab dan PSGC parkir berdampingan. Diantara lorong kedua bus, Rasiman mengutarakan niatnya.
“Atur aja ya, nanti kita makan-makan. Boleh dimana saja. Atau di rumah coach juga oke,” pesannya.
“Siap Coach,” jawab jebolan PON Aceh serempak. Tanda setuju untuk reuni yang nyaman. Suara itu terdengar dari balik kaca bus Persikab maupun PSGC.
Kawan Jadi Lawan
Tiga jebolan PON Aceh, malam itu mengisi sebelas pertama PSGC. Artinya, pelatih Herry Kiswanto percaya penuh terhadap pilihannya. Bukan rahasia lagi, Herkis (sapaanya) kenal betul karakter pemain Aceh.
Di tangannya, Persiraja pernah ia bawa promosi dari Liga Ti-Phone ke ISL musim 2011/12. Uniknya, untuk pertama kali Rahmad Angga ia beri kesempatan sebagai pemain inti. Justru di posisi bek kiri.
“Saya berusa keras tampil maksimal. Menjawab kepercayaan pelatih. Sekaligus mau lihat Khalil dimarahi pelatih, hehe,” kelakar Angga.
Candaan Angga bukan asal bunyi. Haikal Khalil yang sejatinya diplot sebagai sayap kiri, sempat berpindah ke sayap kanan. Saat itulah, Angga mendengar hal tersebut.
“Mungkin ada dua kali Khalil dimarahi,” ungkapnya.
Bagi Angga, yang demikian itu dejavu. Dulu saat sama-sama memperkuat Aceh di PON 2024, setiap kali mereka tidak cermat menjalankan taktik, maka Rasiman akan memberikan ‘alarm’ dari bench.
Angga kini bukanlah Angga yang dulu. Ia menjalani posisi baru, dari striker ke bek kiri. Di Liga Nusantara ia selalu mendapatkan kepercayaan, sekurang-kurangnya main dari menit 60′.
“Melawan Persikab saya benar-benar termotivasi untuk buktikan diri. Saya tak ingin kalah. Saya merasa tertantang,” jelasnya.
Sedangkan dari kubu Persikab, Refyanshah, Haikal Khalil dan M Gazi tampil inti. Refy pun Gazi sempat beberapa kali beradu dengan Hercules yang berakselerasi dari bek kanan ke pertahanan PSGC.
Bahkan satu akselerasi Hercules, meski bukan sebagai pemberi assist, berbuah peluang dan dikonversikan menjadi gol PSGC oleh rekannya.
Mahyuddin yang masuk sebagai pemain pengganti, kian seru menyuguhkan drama kawan menjadi lawan. Di beberapa momen, ia berhadapan dengan Gazi sebagai palang pintu Persikab.
“Sangat bersemangat karena lawannya sama-sama PON. Apalagi semua kami, ingin memberikan yang terbaik untuk tim masing-masing sebagai bentuk profesional,” beber Gazi.
Malam itu, semua jebolan PON Aceh di PSGC tampil.
Sementara Persikab, Resi Wahyudi, Tifatul Ulfi, dan M Ghifari mendukung temannya dari luar lapangan.