Dari Dapur Sederhana Dina Kembangkan Ala Mika

Salah satu camilan Oat Banana Ala Mika | Foto: dok Alamika.ofc

Bagikan

Dari Dapur Sederhana Dina Kembangkan Ala Mika

Salah satu camilan Oat Banana Ala Mika | Foto: dok Alamika.ofc

MASAKINI.CO – Awalnya hanya sekadar memenuhi kebutuhan si buah hati. Lalu menjelma menjadi bisnis kuliner yang sehat dan lezat.

Dina Landa Putri menamai produknya Ala Mika. Ala Mika sendiri diambil dari nama anaknya Mika.

Wanita 35 tahun ini merintis bisnis camilannya dari dapur rumah, Ala Mika hadir pada 2018 lalu, berawal dari eksperimen membuat makanan pendamping ASI (MPASI) untuk Mika (anak pertama).

Dengan metode Baby-Led Weaning (BLW) yang membiasakan anak makan sendiri sejak bayi, Dina pun mulai mencoba dengan berbagai resep sehat dan bergizi.

Tak sekadar memasak, Dina juga aktif membagikan pengalaman di media sosial. Kebiasaannya ini tak disangka menarik perhatian teman-temannya yang juga memiliki bayi, namun kesulitan menyiapkan MPASI karena kesibukan kerja.

“Karena banyak teman yang meminta dibuatin, maka hadirlah usaha Ala Mika ini,” kata Dina mulai mengisahkan, Sabtu (15/3/2025).

Tanpa pengalaman berjualan atau latar belakang bisnis, Dina memberanikan diri memulai usaha baru. Dirinya hanya mengantongi hobi memasak dan hobi memburu kuliner yang dituruni dari sang Ayah.

Oat Banana, menjadi camilan pertama yang diciptakan Dina dengan kandungan sehat berbahan dasar oat dan pisang.

Produk ini menjadi varian yang paling banyak digemari hingga sekarang.

“Karena Mika suka, maka terus berlanjut pembuatan dan sediain tiap hari untuk Mpasi nya,” kata dia.

Semakin bertambah usia sang buah hati, Dina terus berinovasi dengan menciptakan berbagai menu baru seperti Fried Banana dan Chicken Tenderloin.

Menu-menu ini awalnya dibuat khusus untuk anaknya yang saat itu berusia 8 bulan, kini menjadi produk unggulan di Ala Mika.

Untuk buah hati yang susah makan, Dina membuat Dimsum dan Brulee karena saat itu, belum ada yang menjualnya secara khusus di Banda Aceh.

“Untuk Brulee di kita pertama ada menu ini,” kata Dina.

Uniknya, dimsum olahan Dina dibentuk dengan ukuran mini agar mudah dikunyah oleh anak-anak. Dia yakin camilan Ala Mika sehat untuk dikonsumsi dan tanpa menggunakan pengawet apapun.

“Semua makanan yang dijual adalah makanan yang memang anak-anak suka dan ibunya suka,” kata Dina.

Selain MPASI, Dina juga mulai membuat kue tradisional khas Aceh seperti Seupet. Awalnya hanya karena ia menyukai kue ini, namun setelah mencoba membuatnya sendiri, ternyata laris di pasar.

“Kami baru saja meluncurkan Seupet, dan dalam dua hari ini langsung terjual 10 kilogram. Itu di luar ekspektasi saya,” ungkapnya.

Dengan modal awal hanya dapur rumah, kini Ala Mika berkembang dan mempekerjakan dua ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya. Meski bisnisnya sudah besar, Dina tetap memilih berproduksi dari rumah agar bisa lebih mudah mengawasi anak-anaknya.

“Saya belum berencana membuka toko fisik, karena saya ingin tetap dekat dengan anak-anak. Saya bisa menjalankan hobi sekaligus menghasilkan uang,” jelasnya.

Menariknya, Ala Mika juga memiliki program sosial. Setiap hari Jumat, Dina menyisihkan sebagian keuntungan untuk bersedekah kepada mereka yang kurang mampu.

“Jadi, secara tidak langsung, setiap pembeli juga ikut berkontribusi dalam program sosial ini,” tambahnya.

Tujuh tahun lamanya Ala Mika hadir di Banda Aceh. Pasang surut dalam berbisnis kerap dihadapi Dina.

Menjalankan peran sebagai pebisnis sekaligus ibu bukanlah hal yang mudah bagi Dina. Tantangan dalam membagi waktu kerap membuat usahanya berjalan dengan ritme yang naik turun.

Beruntungnya Dina didukung penuh oleh sang suami dalam bisnis ini.

“Kadang on off juga, tapi sebentar,” ucapnya.

Dalam pemasaran, Dina masih menerapkan sistem made by order untuk memastikan produk selalu segar. Dalam sebulan, produksi bisa mencapai 200 box, tergantung jumlah pesanan.

Harga camilan Dina pun masih ramah dikantong. Per produk dijual dengan harga Rp40 ribu untuk Dimsum frozen dan Rp45 ribu untuk Oat Banana. Begitu juga dengan produk lain. “Harganya pukul rata sama semua,” sebutnya.

Owner Alamika.ofc, Dina siapkan orderan pelanggaran hampers jelang Lebaran | Riska Zulfira/masakini.co

Hampers Makanan

Seiring waktu, Dina memberanikan diri memproduksi hampers makanan sehat, dan ternyata laris manis.

Pesanan hampers pertamanya dalam jumlah besar datang dari Langsa, dengan ratusan kotak dikirim ke sana. Sejak itu, hampers Ala Mika terus berkembang dan menjadi favorit, terutama menjelang Ramadan dan Lebaran.

Jelang Lebaran 1446 H, permintaan hampers Alamika meningkat tajam, bahkan sudah mulai ramai sejak sebelum Ramadan. Banyak perusahaan dan instansi yang memesan hampers untuk dijadikan bingkisan.

“Hampers ini nggak hanya laku saat Ramadan dan Lebaran, tapi juga untuk acara lain seperti menjenguk orang sakit atau hadiah spesial,” kata Dina.

Harga hampers bervariasi mulai dari Rp35 ribu hingga ratusan ribu, tergantung isi dan permintaan pelanggan.

“Kita ikuti kemauan pelanggan, hampers akan disiapkan sesuai dana masing-masing,” jelas Dina.

Ke depannya, Dina ingin terus mengembangkan Ala Mika dengan promosi yang lebih gencar.

“Setelah Lebaran nanti, saya akan lebih aktif mempromosikan produk. Selama ini, saya masih mengerjakan semuanya sendiri, jadi belum terlalu fokus ke pemasaran,” ujarnya.

Ala Mika bukan sekadar usaha, tapi juga bentuk cinta seorang ibu untuk anaknya dan kepedulian terhadap sesama. Tertarik mencoba produk Ala Mika? Segera kunjungi akun Instagram @alamika.ofc dan menikmati aneka makanan sehat dan lezat buatan Dina.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist