MASAKINI.CO – Laut yang pernah surut, membawa duka tak terperi. Dari hamparan kosong ini, masyarakat Aceh belajar bahwa hidup bisa sekejap berubah. Namun, di balik luka yang ditinggalkan, langit senja memberi tanda harapan tak pernah benar-benar hilang.

Sepanjang jalan menuju Alue Naga hingga tepi Pantai yang berada di Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, menjadi salah satu saksi bisu dahsyatnya Tsunami yang menerpa daratan Aceh 20 tahun lalu, kini menjadi pusat aktivitas sebagian masyarakat saat sore hari.

Kawasan pesisir itu tidak hanya menyajikan pemandangan laut dan senja, tetapi juga kehidupan warga yang beragam. Menjelang matahari terbenam, sejumlah warga menghabiskan waktu dengan menjala ikan.

Deretan pedagang membuka lapak sederhana. Aktivitas lain juga tampak di bebatuan pinggir sungai, di mana warga memancing dengan tenang sambil menunggu kail disambar ikan.

Pengunjung juga memanfaatkan waktu untuk berolahraga, mulai dari joging hingga berjalan santai. Sementara itu, keluarga dan anak-anak lebih memilih duduk di pasir atau bermain di tepi air, menikmati keindahan langit yang perlahan berubah jingga.

Pantai Alue Naga tidak hanya menjadi lokasi mencari nafkah bagi sebagian masyarakat, tetapi juga ruang publik yang mempertemukan beragam aktivitas ekonomi, rekreasi, dan olahraga.

Suasana sore di pantai ini menegaskan peran penting kawasan pesisir sebagai tempat interaksi sosial sekaligus destinasi wisata warga Banda Aceh, juga sebagai harapan yang tak pernah benar-benar hilang.