Dyah Erti Ajak Masyarakat Kenali Thalasemia

Bagikan

Dyah Erti Ajak Masyarakat Kenali Thalasemia

MASAKINI – Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, mengajak seluruh masyarakat untuk mengenali thalasemia serta ikut mensosialisasikannya. Dengan demikian, kata dia, penyakit tersebut tidak lagi terjadi di dalam masyarakat Aceh. Thalasemia merupakan suatu penyakit yang tidak menular, melainkan penyakit genetika (penyakit keturunan) yang menyebabkan kelainan sel darah merah ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin.

Ajakan tersebut disampaikan oleh Dyah Erti Idawati saat menghadiri konser amal bertajuk ‘Peduli Thalasemia’ yang digelar oleh komunitas Awak Droe Only dan Yayasan Darah Aceh di Lee More Coffe, Banda Aceh, Sabtu (27/7) malam.

Dyah mengatakan gerakan sosialisasi bahaya thalasemia perlu digencarkan dalam masyarakat. Oleh karena itu, sambung dia, PKK Aceh yang kini ia pimpin siap bekerja sama dengan setiap komunitas peduli thalasemia untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit tersebut.

PKK, ujar Dyah, memiliki jumlah kader yang begitu banyak, mulai dari tingkatan provinsi sampai kepada level gampong di seluruh Aceh. Banyaknya kader tersebut merupakan potensi yang bisa untuk dijadikan agen sosialisasi thalasemia ke masyarakat.

“Tentunya, saya minta (Yayasan Darah Aceh) untuk bisa mensosialisasikan thalasemia di PKK, untuk kemudian bisa kita sebarkan ke masyarakat, yang intinya kita semua ingin penyakit thalesemia ini tidak banyak lagi yang menderita,” ujar istri Plt Gubernur Aceh itu.

Dalam kesempatan itu, Dyah memberikan apresiasi kepada komunitas Awak Droe Only dan Yayasan Darah Aceh yang telah berinisiatif menyelenggarakan acara tersebut. Ia berharap acara bermanfaat seperti itu dapat diteruskan dan dapat menjadi contoh bagi komunitas lain.

Sementara itu, Ketua Pengurus Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia(POPTI), dr. Heru Noviat, menuturkan thalasemia merupakan suatu penyakit yang tidak menular, melainkan penyakit genetika yang menyebabkan kelainan sel darah merah rusak dan umur darahnya pendek dibandingkan sel darah merah normal. Oleh karenanya, penderita penyakit tersebut perlu selalu melakukan penambahan darah melalui transfusi.

“Penyakit ini diturunkan oleh kedua orang tua, bukan hanya salah satu,” ujar Heru.

Untuk mencegah terjadinya thalasemia, ujar Heru, maka setiap pasangan yang hendak menikah dianjurkan agar melakukan pemeriksaan darah. Kedua pasangan harus memastikan bahwa tidak memiliki kesamaan sel darah pembawa sifat thalasemia. Pertemuan pasangan yang saling memiliki pembawa sifat itulah yang kemungkinan dapat melahirkan keturunan penderita thalasemia.

Heru menambahkan, untuk pembawa sifat tertinggi di dunia ada di Aceh. Saat ini penderita thalasemia di Aceh telah mencapai angka 500 orang lebih. “Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk thalasemia,” ujar dia. []

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist