MASAKINI.CO – Indonesia Wound Care Clinician Association (InWCCA) atau asosiasi perawatan luka Indonesia menggelar pertemuan ilmiah internasional di Hotel Hermes Palace, Kota Banda Aceh, Jumat (8/11).
Presiden InWCCA, Ns. Edy Mulyadi. M. Kep., menyebutkan, pertemuan ilmiah tersebut merupakan agenda rutin yang dilakukan pihaknya setiap dua tahun sekali. Ini merupakan kali keempat pelaksanaannya.
“Karena salah satu daerah paling rentan terjadi bencana adalah Aceh jadi tepat kita adakan di Aceh,” kata Edy.
Dalam pertemuan tersebut melibatkan perawat klinis, akademisi, bidan, dan juga dokter dari seluruh Indonesia. Mereka diajari cara menanggulangi luka saat bencana.
“Kita kan ada perwakilan disetiap daerah, sehingga ketika terjadinya bencana, mereka akan menjadi juru utama untuk membantu masyarakat di daerah bencana itu,” ujarnya.
“Teman-teman perawat bisa terpapar dengan ilmu-ilmu bagaimana penanggulangan luka pada bencana, sehingga pada saat nanti terjadi bencana, kita punya perwakilan setiap daerah dan mereka nanti jadi juru utama untuk membantu masyarakat daerah yang bencana itu,” lanjut Edy.
Ia menyebutkan, saat ini timnya di seluruh Indonesia sudah mencapai 17.000 tenaga medis yang siap menangani korban luka akibat bencana.
“Kalau untuk Aceh kita sudah memiliki 752 perawat klinis,” ungkapnya.
Sementara, Direktur RSUZA Banda Aceh, Azharuddin menjelaskan, dipilihnya Aceh sebagai lokasi pertemuan ilmiah merupakan hal yang tepat. Sebab, provinsi paling ujung barat Sumatera itu menjadi daerah yang sering dilanda bencana.
“Kalau kita bilang, kita tidak pernah jauh-jauh dari bencana, yang bisa kita lakukan adalah kesiapsiagaan, apa yang dilakukan hari ini adalah langkah nyata, apabila korban-korban bencana di sudut apapun di Indonesia, khususnya Aceh siap SDM-SDM untuk melakukan penanganan luka,” kata Azharuddin.
Disebutkannya, di era sekarang ini teknologi semakin canggih. Demikian juga dengan sumber daya manusia yang dimiliki, cukup banyak dokter-dokter di Indonesia yang ahli bagian luka.
Ia berharap, hal tersebut bisa menurunkan angka amputasi yang dialami oleh pasien luka yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti bencana, penyakit dan lain sebagainya.
“Dengan perawatan luka yang bagus, mungkin tidak memerlukan amputasi, jadi kalau dulu luka kencing manis di kaki, mungkin kakinya dipotong, berbeda dengan sekarang, bisa dirawat dengan hati-hati dan teliti, sehingga angka-angka amputasi bisa menurun,” katanya.[]