Ketua KPK: Nahdlatul Ulama Garda Terdepan Pemberantasan Korupsi

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri. (sumber foto: Instagram @official.kpk)

Bagikan

Ketua KPK: Nahdlatul Ulama Garda Terdepan Pemberantasan Korupsi

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri. (sumber foto: Instagram @official.kpk)

MASAKINI.CO – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menilai, Nahdlatul Ulama (NU) senantiasa hadir dan berdiri paling depan dalam menghadapi ragam persoalan bangsa. Termasuk, persoalan korupsi yang telah berurat akar di republik ini.

“Salah satu wujud nyata dan peran aktif NU dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, dapat dilihat dari pendidikan antikorupsi dalam perspektif Islam yang ditanamkan sejak dini kepada para Nahdliyin di sekolah, pesantren hingga bangku kuliah,” kata Firli.

Firli menyampaikan hal tersebut dalam ucapan selamat kepada NU yang memperingati hari kelahiran (harlah) ke-96 pada 31 Januari lalu.

Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Peradaban Dunia” yang diusung sebagai tema peringatan Harlah NU tahun ini, menurut Firli, sangat tepat.

NU sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar, memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk peradaban umat manusia dan alam semesta.

“Di Indonesia sendiri, NU memiliki basis dukungan sosial terbesar di tanah air dan merupakan salah satu komponen bangsa yang ikut membidani, merawat sekaligus membesarkan republik yang kita cintai ini,” ungkapnya.

“Jujur, masih sedikit organisasi sosial keagamaan seperti NU yang merasa memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan negeri ini bergerak sesuai dengan arah dan tujuan bangsa, seperti termaktub dalam mukadimah UUD 1945,” tambah Firli Bahuri.

Tapi seiring berjalannya waktu, kini semakin banyak organisasi sosial lintas agama lainnya yang mengikuti jejak NU. Memasukkan “benih-benih antikorupsi” dalam kurikulum pendidikan sekolah. Karena sejatinya korupsi adalah musuh agama dan seluruh aliran kepercayaan di republik ini.

“Tidak ada satu pun agama atau aliran kepercayaan yang mengajarkan apalagi memperbolehkan penganutnya melakukan korupsi. Atas dasar itulah, kita semua tentunya sepakat mengatakan, siapa pun yang melakukan tindak pidana korupsi adalah perusak agama dan pengkhianat nilai-nilai ketuhanan. Tegas, saya nyatakan bahwa para pelaku tindak pidana korupsi adalah pembunuh agama yang dianutnya sendiri,” tandasnya.

Di samping itu, NU juga menanamkan nilai-nilai dan ruh antikorupsi lewat ulama dan para kiainya dalam setiap kegiatan keagamaan. Seperti pengajian, khutbah atau kultum (kuliah 7 menit) yang teduh, sehingga benih-benih antikorupsi senantiasa tumbuh, sejalan dengan berkembangnya alam demokrasi di bumi pertiwi.

Pendidikan inilah, menurut Firli, yang membentuk karakter kuat seorang Nahdliyin sebagai pribadi yang bermoral tinggi, berbudi pekerti luhur, jujur, sederhana, dan menjunjung tinggi integritas sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

“Syukur alhamdulillah KPK banyak diisi oleh insan-insan antikorupsi yang memiliki karakter Nahdliyin. Karakter yang senantiasa menggelorakan semangat pengabdian tanpa batas para punggawa antikorupsi yang menjadi insan KPK, sehingga kami memandang tugas dan kewajiban yang penuh risiko dalam memberantas korupsi di bumi pertiwi ini, sebagai ladang ibadah untuk bekal di akhirat kelak,” tegas Firli.

“Saya garis bawahi, tugas dan kewajiban penuh risiko ini tidak sedikit pun menjadi beban, apalagi mengendurkan semangat juang memberantas korupsi. Karena segenap insan KPK telah mewakafkan diri dan keluarga dalam perang badar melawan korupsi di republik ini,” sambungnya.

Firli juga mengatakan, dirinya merasa bersyukur semangat dan ruh Nahdliyin semakin mengental di setiap insan KPK dalam setiap kerja keras, kerja cerdas serta kerja ikhlas penuh pahala dalam segenap daya upaya memberantas korupsi di Indonesia.

“Tidak berlebihan jika kami simpulkan, setiap insan KPK dan elemen bangsa yang ikut andil dalam perang badar melawan korupsi di Indonesia, sejatinya adalah seorang Nahdliyin alami,” ungkapnya.

Firli menambahkan, peran nyata dan andil besar NU sangat dibutuhkan untuk menjaga khittah kenegaraan yang sejatinya adalah manifestasi cita-cita berdirinya republik ini.

“Kami ucapkan selamat memperingati Harlah ke-96 NU, terimakasih atas khidmat NU dalam menyebarkan Aswaja dan meneguhkan komitmen kebangsaan, dengan semangat antikorupsi. Mari bersama kita hadirkan kejayaan umat, bangsa, rakyat dan negara, dalam bingkai NKRI,” pungkas Ketua KPK Firli Bahuri.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist