MASAKINI.CO – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan melalui media sosial bahwa India dan Pakistan telah menyepakati gencatan senjata “penuh dan segera.”
Sebelumnya terjadi ketegangan di perbatasan hingga empat hari, kedua negara adidaya nuklir ini sebelumnya terlibat dalam serangan lintas batas yang meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konflik berskala penuh.
Para ahli menilai bahwa mediator AS, bersama dengan saluran diplomatik dan pemain regional, berperan penting dalam mencegah eskalasi lebih lanjut.
Hanya beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata, India dan Pakistan saling melempar tuduhan pelanggaran baru, yang menunjukkan kerapuhan kesepakatan tersebut.
India menuduh Pakistan melakukan “pelanggaran berulang”, sementara Pakistan menyatakan komitmennya terhadap gencatan senjata dengan menunjukkan “tanggung jawab dan menahan diri”.
Konflik antara India dan Pakistan meningkat setelah serangan militan mematikan yang menewaskan 26 turis di Kashmir yang dikelola India bulan lalu.
India meluncurkan serangan udara di dalam Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan, memicu beberapa hari pertarungan udara, duel artileri, dan tuduhan serangan rudal di pangkalan udara masing-masing.
Tanvi Madan, seorang peneliti senior di Brookings Institution, menyatakan bahwa panggilan dari Sekretaris Negara AS, Marco Rubio kepada Kepala Angkatan Darat Pakistan Asim Munir, Jumat (9/5/2025).
“Mungkin menjadi titik balik,” kata Rubio, mengutip laporan bbc, Minggu (11/5/2025).
Menurutnya, AS, Inggris, dan Arab Saudi bekerja sama untuk mengurangi ketegangan dalam tiga hari terakhir.
Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar mengungkapkan bahwa sekitar tiga lusin negara terlibat dalam diplomasi tersebut, termasuk Turki, Arab Saudi, dan AS.
Peran AS dalam mengurangi krisis ini tidaklah mengejutkan, mengingat sejarah mediasi AS dalam krisis India-Pakistan sebelumnya. Pada tahun 2019, mantan Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo mengklaim bahwa ia membantu mencegah perang nuklir antara kedua negara.