MASAKINI.CO – Beberapa hari lalu, di Stadion H Dimurthala Banda Aceh, Persiraja Banda Aceh dan PSPS bersaing berebut poin. Laga telah usai, namun ada cerita yang tersisa di PLTD Apung, destinasi wisata tsunami Aceh.
Kisah panas laga yang tak membakar hati Asykar The King. Empat pendukungnya, berjuang agar tetap bersama tim kesayangannya. Mereka Arri Warman, Feri Andika, Peza Riskieo dan Setio Mahmuddin.
Para pejuang Asykar The King, meninggalkan Pekanbaru mengenderai sepeda motor. Di Banda Aceh, tujuannya tak sekedar mendukung PSPS.
“Kami juga ingin menjalin silaturrahmi dengan suporter tuan rumah,” kata Arri.
Tujuan itu tercapai, Skull pendukung Persiraja Banda Aceh turut mendampangi Asykar The King. Saat berwisata, hingga mengibarkan bendera kedua tim di stadion, kedua pendukung tetap mesra.
Menurut Arri, meski dunia sepak bola tanah air dibalut dengan perselisihan dan persaingan yang ketat, persaudaraan antara sesama suporter harus tetap dijaga.
“Pemain boleh berjuang, berdebat di lapangan tapi hakikat suporter itu adalah saudara karena sepak bola, kami bisa bersatu,” lanjutnya.
Kekerasan dalam dunia sepak bola Indonesia, bukan cerita baru. Jamak kerusahan antar suporter bahkan menelan korban jiwa. Tapi Asykar The King, kata Arri cinta damai.
“Kami yang di Sumatera tidak ingin seperti itu, kami lebih utamakan persaudaraan jadi kami buat #satusumaterasatu. Jadi mulai dari Lampung sampai ke Banda Aceh kami saling bersaudara, tak ada perselisihan, dendam atau apapun,” tegasnya.
Persaudaraan inilah yang Arri rasakan saat Muhammad Alief seorang suporter Persiraja menyambut kedatangan mereka ketika tiba di Kota Banda Aceh.
“Alhamdulillah setelah sampai ke Banda Aceh langsung konfirmasi kawan-kawan supporter tuan rumah Persiraja dari Skull, kami dijamu dengan sangat baik,” sebutnya.
Pesan inilah yang ingin disampaikan ke seluruh Indonesia, “kami ingin sepak bola Indonesia ini bisa damai sedamai-damainya,” harapnya.
Bagi Asykar The King, supporter bagus imbasnya akan ke timnas Indonesia juga. “Timnas itu harga diri kita, harga diri seluruh masyarakat Indonesia,” tegas Arri. [Ahlul Fikar]
