MASAKINI.CO – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan pengungsi, UNHCR, menyerukan kepada Pemerintah Indonesia dan Aceh untuk segera melakukan pendaratan penyelamatan jiwa terhadap kapal yang membawa kelompok pengungsi Rohingya yang sedang kesulitan di perairan Bireuen.
Associate Communications Officer UNHCR Indonesia, Mitra Suryono, mengatakan berdasarkan foto dan laporan dari nelayan setempat, mayoritas pengungsi di kapal, kondisinya sangat padat dan tidak layak berlayar. Di dalam kapal pun terdapat banyak anak-anak dan perempuan.
Kapal dilaporkan juga mengalami kebocoran dan kerusakan mesin. Hingga terombang-ambing di laut terbuka di tengah cuaca yang buruk dan dapat beresiko tenggelam.
“UNHCR sangat mengkhawatirkan keselamatan dan nyawa para pengungsi yang berada di kapal. Untuk mencegah kehilangan nyawa, UNHCR mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera mengizinkan kapal tersebut menepi dengan selamat,” kata Mitra Suryono di Jakarta, Rabu (29/12/2021).
Dia menyebut, berdasarkan Peraturan Presiden nomor 125 tahun 2016 tentang perlindungan pengungsi mencakup provisi untuk menyelamatkan pengungsi di kapal yang mengalami kesulitan di dekat Indonesia dan membantu mereka berlabuh.
“Aceh telah implementasikan hal itu, sebelumnya pada tahun 2018, 2020 dan yang terakhir pada bulan Juni 2021, ketika 81 orang pengungsi Rohingya diselamatkan dari perairan in Aceh Timur,” ujarnya.
Selama bertahun-tahun, tuturnya, Indonesia telah menjadi teladan bagi negara lain di kawasan yang sama dalam hal memberikan perindungan pengungsi.
Dia menjelaskan, etnis Rohingya telah melarikan diri dari kekerasan, penganiayaan dan melakukan perpindahan yang terpaksa selama puluhan tahun.
Bagi mereka yang mencari perlindungan internasional, ijin berlabuh dengan aman dan akses untuk prosedur suaka serta bantuan kemanusiaan harus diberikan.
“Staff UNHCR saat ini berada di lapangan, bekerja dengan koordinasi erat dengan pemerintah setempat dan kami siap membantu pemerintah serta masyarakat setempat dalam memberikan bantuan darurat penyelamatan jiwa bagi kelompok tersebut,” sebutnya.
“Kami juga berkoordinasi dengan mitra kerja kemanusiaan lainya dalam persiapan respon komprehensif, yang mencakup proses karantina yang sesuai dengan standar internasional dan protokol kesehatan publik,” tandasnya.