MASAKINI.CO – Hampir seribu orang mulai meriung di halaman dan bagian dalam Meunasah Gampong Tutong, jelang waktu berbuka puasa. Anak-anak heboh mencari lapak masing-masing. Begitu juga orang dewasa. Semuanya laki-laki.
Mereka mengerubungi idang, kumpulan beragam macam makanan yang disusun dalam talam dan dibungkus kain. Idang merupakan tradisi yang telah turun-temurun hadir dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Sore itu, Sabtu (23/4/2022) warga Gampong Meunasah Tutong, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar menggelar buka puasa bersama. Meunasah dipilih jadi tempat kegiatan tahunan warga tersebut.
Satu bangunan serbaguna berkelir putih tampak telah dipenuhi warga. Begitu juga halaman meunasah. Penuh sesak oleh warga yang duduk bersila sambil menunggu sirine tanda waktu berbuka puasa tiba.
“Buka puasa bersama ini memang sudah menjadi tradisi di gampong kami. Turun-temurun dari nenek moyang dulu,” kata Keuchik Gampong Meunasah Tutong, Fauzi.
Dia menyebut, di Aceh Besar tradisi buka puasa bersama di satu gampong memang selalu ramai, sebab turut mengundang warga dari gampong-gampong tetangga. Biasanya, gampong yang diundang masih berada dalam satu kemukiman.
Menurut Fauzi, buka puasa bersama kali ini di Meunasah Tutong, pihaknya mengundang 7 gampong di kemukiman Lamgarot. lalu ada juga tamu undangan lainnya seperti dari dayah-dayah yang berdiri di sekitar gampong. Tua muda saling berbaur sembari berbagi cerita sambil menunggu waktu buka puasa.
Untuk menjamu tetamu yang hadir, warga Meunasah Tutong dimotori para pemuda, menghidangkan satu menu spesial yang akrab di lidah warga Aceh Besar pada umumnya. Menu itu bernama kuah beulangong.
Dua ekor sapi disembelih warga lalu dimasak dalam belanga besar. Makanan khas yang kaya rempah-rempah tersebut dimasak laki-laki gampong di Meunasah. Hidangan spesial itu dikerjakan secara bergotong-royong sejak siang hari.
Sementara ibu-ibu di rumah, menyiapkan beragam makanan yang disusun dalam idang dan kemudian dibawa oleh suami-suami mereka ke Meunasah.
Fauzi mengatakan, untuk menyelenggarakan kegiatan buka puasa bersama ini, warganya sepakat saling meuripee atau patungan. Tiap rumah hanya dipatok Rp50 ribu. Selain itu, pemerintahan gampong turut menyumbang dana demi menambal yang kurang-kurang.
Jelang azan magrib, keriuhan sejenak terhenti di Meunasah Tutong. Dari balik pengeras suara, sirine di wilayah Aceh Besar dan sekitarnya meraung-raung memberi tanda bahwa waktu berbuka puasa telah tiba.
Warga yang telah lama duduk bersila di atas tikar dan menghadap kudapan masing-masing, sontak menyantap satu per satu hidangan yang tersedia. Hening beberapa menit benar-benar terjadi. Terlebih di barisan anak-anak, yang tampak lahap menyantap kuah beulangong dan makanan lainnya.
Bagi warga Meunasah Tutong, buka puasa bersama dengan mengundang desa tetangga mereka ini merupakan bentuk supaya silaturahmi antar sesama warga awet terjaga. Di samping itu, juga untuk memuliakan anak-anak yatim yang ada di kampung tersebut lewat beragam makanan yang tersedia. Mereka adalah ‘tamu kehormatan’.
Begitulah cara warga yang bermukim hanya sepelemparan batu dari bantaran Krueng Aceh itu untuk merawat tradisi nenek moyang dalam memuliakan bulan suci Ramadan.