MASAKINI.CO – Ratusan Aremania -julukan suporter Arema FC- menggelar aksi demonstrasi di depan Balai Kota Malang, Kamis (20/10/2022). Mereka menuntut pengusutan tuntas Tragedi Kanjuruhan, yang menelan seratus lebih korban jiwa dan melukai ratusan orang lainnya.
Dilansir bola.net, pada aksi itu ratusan Aremania memilih diam. Mereka mengungkapkan tuntutannya melalui poster dan spanduk yang dibawa.
Berbagai macam tuntutan terungkap dalam spanduk mereka, mulai dari gas air mata, intimidasi kepada keluarga korban, sampai soal kesewenangan aparat kepolisian dalam Tragedi Kanjuruhan, awal Oktober lalu.
Selain itu, pada aksi ini, mereka membawa keranda jenazah, lambang matinya hati nurani dari pihak-pihak yang bertanggung jawab pada laga Arema FC vs Persebaya tersebut.
Aksi itu sempat didatangi oleh Wali Kota Malang, Sutiaji. Namun, kedatangannya tak diindahkan oleh massa aksi tersebut. Massa aksi akhirnya membubarkan diri setelah menyanyikan lagu Bagimu Negeri dan Salam Satu Jiwa. Mereka kemudian long march ke Stadion Gajayana.
Sementara itu, pengusutan Tragedi Kanjuruhan sendiri masih kusut. Banyak pertanyaan terkait pengusutan kasus tersebut belum terang betul.
Salah satu pernyataan muncul menyusul proses rekonstruksi yang digelar di markas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Rabu (20/10/2022). Dalam rekonstruksi ini, tak digambarkan adanya penembakan gas air mata ke arah tribune, melainkan hanya ke arah sentel ban.
Padahal, dalam sejumlah rekaman dan kesaksian korban, ada sejumlah tembakan yang diarahkan ke tribune penonton.
Terakhir, pengusutan Tragedi Kanjuruhan juga kian kusut dengan urungnya proses autopsi terhadap jenazah dua korban Tragedi Kanjuruhan.
Kendati kemudian dibantah pihak kepolisian, Federasi KontraS -yang menjadi pendamping Tim Gabungan Aremania- menyebut adanya intimidasi terhadap keluarga korban. Intimidasi ini membuat keluarga korban mengurungkan kesediaan mereka untuk autopsi.