MASAKINI.CO – Kasus pembunuhan seorang mahasiswa asal Aceh Barat di dalam sebuah kos jalan Cendana V kawasan Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh masih menyisakan tanda tanya di benak keluarga.
Mereka menduga ada kejanggalan di balik tewasnya Dhiaul Fuadi, mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam and Arab (LIPIA) Banda Aceh, Merduati, Kecamatan Kutaraja.
Isak tangis keluarga atas kepergian pria 20 tahun telah berlangsung sepekan sejak jasad korban ditemukan bersimbah darah oleh adiknya, Fidhaul Fuadi (19).
Keluarga korban mengatakan keterangan pelaku yang disampaikan polisi saat konferensi pers dinilai janggal, terutama menyangkut motif pembunuhan beralasan faktor ekonomi.
Mereka tak yakin bahwa pembunuhan itu didasarkan pelaku yang berinisial ZF (20) ingin melakukan pencurian handphone korban yang kemudian dijual agar mendapatkan biaya pulang kampung.
Alasan itu tak masuk akal untuk keluarga. Menurut kerabat korban, Muhammad Ramadhanur Halim, pelaku padahal berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi berkecukupan.
“Saya sudah bertemu dengan pelaku, dan motif ekonomi terdengar agak aneh, pasti ada petunjuk lain,” kata Halim kepada awak media di Banda Aceh, Jumat (25/10/2024).
Ia pun meyakini ada dugaan perencanaan pembunuhan di balik tewasnya sang adik sebab pembunuhan dilakukan dengan kondisi tragis. Menurut pemeriksaan polisi, korban mendapatkan tiga luka bacok di bagian tubuhnya dengan kedalaman mencapai 8 centimeter.
“8 cm kedalaman yang pelaku tusuk ke tubuh korban, dan itu sangat tragis,” ucapnya.
Kejanggalan lainnya juga ditemukan bahwa pelaku tak membawa kabur handphone milik korban seperti motif yang disampaikan pihak Polresta Banda Aceh.
Hubungan antara pelaku dan korban juga masih menjadi misteri. Menurut pihak keluarga, pelaku bukan bagian dari lingkaran pertemanan korban, bahkan kehadirannya di lingkungan tersebut sangat jarang.
“Mereka tidak saling kenal, mungkin hanya setahun lalu pernah bertemu melalui temannya yang lain,” terang Halim.
Selain itu, ada temuan yang mencurigakan dalam pencarian gawai pelaku. Informasi dari Satreskrim Polresta Banda Aceh, pihaknya menemukan pelaku sempat melakukan pencarian terkait “inafis” yang umumnya terkait dengan investigasi forensik.
Dengan penuh kesedihan dan luka mendalam yang ditinggalkan, keluarga korban mendesak polisi untuk mendalami hasil visum korban, terutama untuk menentukan apakah luka-luka yang dialami korban menunjukkan indikasi serangan terencana atau kekerasan yang brutal.
“Kalau ini sekadar perkelahian, luka-luka yang didapat tidak mungkin separah ini,” ujar Halim.
Apalagi korban dikenal sebagai pribadi introvert dan sederhana. Bahkan Dhiaul berlatar belakang sebagai alumni pesantren dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya.
Dengan penuh harapan, motif kematian Dhiaul segera terbongkar. Keluarga korban meminta agar aparat kepolisian bekerja maksimal mencari pelaku lain yang terlibat.
Mereka juga meminta agar pihak yang mengenal korban, termasuk teman-temannya dari lingkungan sekolah maupun universitas muncul dan memberikan informasi terkait terutama kegiatan seminggu terakhir sebelum korban terbunuh.
Keluarga korban berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk mendapatkan keadilan dan menuntaskan misteri di balik kematian korban yang penuh tanda tanya ini.
“Kami butuh informasi dari lingkaran terdekatnya, teman-temanya atau kekasih korban jika ada informasi dapat informasikan ke kami,” harapnya.
Misteri pembunuhan ini tepatnya terjadi pada 19 Oktober 2024. Sekitar pukul 13.00 WIB, masyarakat sekitar dihebohkan dengan penemuan jasad korban yang bersimbah darah.
Adiknya yang melihat itu, seketika lemas tak berkutik. Ia syok dan tak berdaya, sang kakak yang selama ini tinggal bersama harus lebih dulu kembali ke sang pencipta.

Penjelasan Pihak Kepolisian
Kasatreskrim Polresta Banda Aceh, Kompol Fadhillah Aditya Pratama dalam konferensi pers di Mapolresta, menjelaskan berdasarkan keterangan pelaku, motif pembunuhan ini didorong oleh faktor ekonomi, Senin (21/10/2024).
Pelaku mengaku kesulitan keuangan dan berencana pulang kampung ke Peudada untuk menghadiri acara Maulid Nabi di rumahnya namun tidak memiliki uang.
Sebelum aksi itu terjadi, ZF sempat meminta uang ke neneknya untuk keperluan pulang kampung. Karena tak terpenuhi, akhirnya terbesit dalam pikiran pelaku untuk melakukan pencurian handphone milik Dhiaul.
Setibanya di lokasi, pelaku mendapati kos korban tidak dalam kondisi terkunci. Korban sedang tertidur lelap tepat pukul 12.00 WIB, sementara adiknya telah keluar mengunjungi rumah saudara yang berada di Gampong Keuramat.
Namun, saat hendak mengambil handphone korban yang berada di sisi tubuhnya pelaku khawatir korban akan terbangun. Tak jauh dari korban terdapat pisau dapur, dengan benda itulah ZF menghabisi nyawa korban agar tidak ketahuan mencuri handphone.