MASAKINI.CO – Di tengah terik matahari, Rahmi Aidal Fitri dengan tekun menjemur kelapa kukur di halaman rumahnya, Desa Lagang, Aceh Besar. Bersama suaminya, sejak enam bulan lalu Rahmi merintis usaha pembuatan Ue Neulheu, bumbu khas Aceh dari kelapa sangrai yang dinamai “Sinar Mas”.

Meski tak berlatar belakang di bidang kuliner, Rahmi gigih mempelajari proses pengolahan Ue Neulheu dari awal. Sejak pagi hari, ia memulai aktivitas dengan mengukur kelapa lalu menjemurnya selama beberapa jam hingga memasuki proses sangrai, penggilingan dan dikemas.

Ketertarikan Rahmi dalam usaha ini bermula dari ajakan saudaranya yang telah lebih dulu berkecimpung dalam bisnis serupa. Walaupun terdapat pengalaman pahit di awal merintis hingga membuatnya menangis dan merasa malu.

Titik balik remaja muda berusia 24 tahun ini bermula saat ia iseng mengunggah proses produksinya ke TikTok. Respons hangat dari warganet membuatnya lebih percaya diri.

Popularitas di TikTok berdampak langsung pada penjualan. Pesanan pun datang dari berbagai kota, termasuk Bogor dan Bekasi hingga saat Ramadan dan meugang, permintaan melonjak drastis hingga 300 kg per hari.

Ia menjual produknya dengan harga bervariasi, mulai dari Rp5.000 per 6 gram hingga Rp45.000 per kilogram. Rahmi juga terus memperbaiki kemasan agar lebih menarik dan aman saat pengiriman.

Produk Ue Neulheu miliknya kini rutin dipasok ke pasar-pasar di Aceh Besar dan Banda Aceh, serta menjadi langganan warung makan. Ia bahkan melibatkan dua ibu tetangga saat pesanan membludak. Dari usahanya, Rahmi bisa meraih omzet hingga Rp40 juta per bulan.

Rahmi berharap Ue Neulheu produksinya bisa dikenal lebih luas. Ia ingin bumbu tradisional ini bisa dikirim ke seluruh wilayah Aceh dan menjadi pilihan utama rumah makan di sana. Meski baru merintis, Rahmi optimis usaha kecilnya bisa tumbuh besar dan tetap mempertahankan warisan dapur tradisional dalam balutan semangat generasi Z.