MASAKINI.CO – Tari Likok Pulo adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Gampong Ule Paya, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar.
Tarian ini lahir pada tahun 1845, diciptakan oleh Syech Ahmad Badrun, seorang ulama Arab yang datang ke Aceh untuk berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam.
Tari Likok Pulo diciptakan untuk menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk Pulo Aceh, yang pada waktu itu memiliki perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan cara yang halus, Syech Ahmad Badrun berhasil mengajak pemuda setempat untuk berpartisipasi dalam tarian ini, yang diiringi syair-syair Islami, sehingga masyarakat mulai menjalankan ajaran Allah.
Tari ini biasanya dipentaskan setelah menanam padi atau menjelang panen. Gerakan tariannya yang atraktif dilakukan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar, atau bahu-membahu.
Dulu, pertunjukan ini sering diadakan pada malam hari, diikuti dengan proses panen keesokan harinya.
Makna dari gerakan bahu membahu adalah untuk menjalin persatuan yang kuat dan mengubah perilaku masyarakat yang negatif, seperti judi, mabuk, dan pelacuran.
Setiap gerakan dalam tari ini mengandung nasihat yang disampaikan melalui syair oleh syekh atau penari utama.
Sesuai dengan namanya, “Likok” berarti gerakan,dan “Pulo” berarti pulau. Sehingga tarian ini sering disebut sebagai tarian ala pesisir.
Biasanya, Tari Likok Pulo dibawakan oleh 10 hingga 12 orang penari di setiap pentas. Tari Likok Pulo ini masih terus berkembang di Pulo Aceh hingga kini.