Duet Messi Sibreh Keumude dan Bedel Si Anak Papi

Sayap tim sepakbola PON Aceh Haikal Khalil Fata dan M Mufaddhal | foto: Safri Pampum

Bagikan

Duet Messi Sibreh Keumude dan Bedel Si Anak Papi

Sayap tim sepakbola PON Aceh Haikal Khalil Fata dan M Mufaddhal | foto: Safri Pampum

MASAKINI.CO – Sisi kiri dan kanan penyerangan tim sepakbola PON Aceh khas. Cepat nan meliuk-liuk. Di kiri, M Khalil Fata kerap merepotkan lawan-lawannya. Sebab itulah, ia dipanggil Khalil ‘Messi.’

Tentang nama pesepakbola terbaik dunia dari Argentina, yang terlakap padanya, Haikal tersenyum.

“Jadi sebetulnya itu dipanggil waktu kecil. Pas main Piala Danone. Mungkin karena pakai no 10 dan main dari sayap,” jelasnya.

Seingat pesepakbola dari Gampong Sibreh Keumude, Aceh Besar ini. Kala itu, Messi masih berseragam Barcelona. Nama tersebut, hingga kini masih melekat padanya. Terutama di tarkam-tarkam.

Di PON 2024, Khalil juga mengenakan nomor punggung 10. Jalannya hingga terpilih, dimulai dari seleksi Zona 1. Bersama Tifatul Ulfi, kini keduanya masuk skuad.

Keluarga Sepakbola

Dalam keluarga. Khalil tak sendiri. Dua abangnya, Amirul Fajar dan Rifal Akhyar juga pesepakbola. Rifal yang hanya berbeda setahun dengannya, juga sempat ikut seleksi PON Aceh. Tapi belum beruntung.

Keduanya beda posisi. Khalil pemain sayap, Rifal gelandang. Menurutnya, ketidakberuntungan sang abang, tidak terlepas dari kondisi fisik yang kurang memadai. Saat proses seleksi berlangsung.

“Tampak ada penyesalan dari abang. Tapi mau gimana lagi. Sebenarnya sudah sempat ingati juga, agar mempersiapkan diri dengan baik sebelum seleksi. Tapi abang, ya begitulah,” jelas Khalil.

Abangnya yang paling tua, Amirul, sempat berseragam Persiraja musim lalu. Posisinya lain lagi. Bek. Namun ketiganya punya perbedaan. Terutama Amirul. “Bang Amirul tipe-nya agak kaku. Kalau kawan-kawanya panggil ‘bak kaye’ (kayu),” sebutnya terkekeh.

Haikal Khalil dengan nomor punggung 10 | foto: Safri Pampum

Jam Terbang

Musim 2023/2024 boleh dibilang menjadi milik Khalil. Di Liga 3 regional Aceh, ia membela Persidi. Tim asal Idi, Aceh Timur itu sukses dibawanya lolos ke putaran nasional. Momen itu, diakui Khalil banyak memberikan pengalaman.

Anak dari pasangan Alm M Nur- Nur Maulidar tersebut, bukan kali itu saja merasakan atmosfer sepakbola luar Aceh. Musim sebelumya, pemain kelahiran 2004 ini sempat bermain di NTB. Memperkuat PSLT Lombok Tengah.

“Diajak Bang Kurniawan. Sempat main di fase grup. Terus terhenti karena tragedi Kanjuruhan,” kenangnya.

Di atas kertas. Merujuk dari sejumlah laga uji coba maupun latihan, Khalil kemungkinan besar akan mengisi skuad utama. Kecepatannya diperlukan Rasiman, untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan.

M Mufaddhal

Sejak awal Pelatda di Sigli, posisinya nyaris tak terganti. Tapi ujian itu akhirnya datang. Tepat ketika pelatih kepala, Rasiman tiba di Aceh. Mufaddhal sakit relatif parah. Demam tinggi dan durasinya bukan dua hari.

Dampaknya, fisiknya menurun. Kecemasan pada diri naik. Akhirnya, performa sayap kanan dari Gampong Keude Lapang, Bireuen tersebut sempat merosot. Posisinya tak lagi aman. Pelan namun pasti, ia mulai kembali ke performa semustinya.

Bedel begitu ia disapa. Nama ini sarat kisah. “Kalau tidak salah, dulu lagi musim knalpot bedel (blong). Jadi dipanggil lah sama kawan, Bedel. Sampai sekarang,” tuturnya.

Takdir sepakbolanya bermula di lapangan Persipura Gandapura. Dekat rumahnya. Klub tersebut, pernah bersinar ketika (alm) Bang Lan masih ada. Banyak pesepkbola muda di Kecamatan Gandapura dan sekitarnya, layak pakai sebab jam terbang yang ia berikan.

Sebelum akhirnya, Bedel banyak berlatih di Stadion Krueng Mane. Bersama Papi, sebutan untuk pelatih di sana. Piala Danone 2015, Bedel dkk sukses menjadi Juara 3 provinsi Aceh. Membela SSB Bijeh Mata. Juara 3 juga ia raih di Piala Menpora U-15 nasional.

Naik tingkat berkompetisi di Piala Menpora U-17, Soeratin nasional. Bahkan di PORA tahun 2022, Bedel juga Juara 3 bersama Bireuen.

“Penampilan di PORA kemarin, Bedel terjaring pemandu bakat. Untuk ikut seleksi PON. Alhamdulillah terpilih,” ungkapnya.

Aksi Mufaddhal alias Bedel dalam sebuah laga uji coba | foto: Safri Pampum

Beban Anak Wakil Rakyat

Bedel memikul beban lebih. Ketimbang pemain lainnya. Hanya karena orangtuannya wakil rakyat di Bireuen. Namun anak dari pasangan Ismail-Salma itu, sudah berdamai dengan keadaan.

“Tanyoe hek ta latihan beukah sisipatu teuh. Entek i pike le gob karena nyo karena jeh (Saya mati-matian latihan sampai sepatu sobek berganti-ganti. Entar dikira lolos karena sesuatu),” tuturnya.

Hanya saja, diakui Bedel. Belum pernah sampai ujaran yang tidak-tidak ke telingannya. “Kalau di belakang, itu kita tidak tahu juga,” bebernya.

Tiga hari sebelum laga perdana Aceh vs Banten di PON XXI Aceh Sumut, sebuah pesan masuk dari ibunya. Menanyakan jadwal bermain. Bedel sempat tersenyum, sembari bertanya untuk apa.

“Kata bunda, biar bisa ambil libur dari pekerjaan. Dan kata bunda: ini akhirnya nonton bola lagi, terakhir nonton (anaknya) tahun 2015,” ujar Bedel.

Sama seperti pesepakbola PON Aceh lainnya. Dukungan keluarga dari tribun, menambah kepercayaan diri bagi Bedel dkk.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist