MASAKINI.CO – Objek wisata Kapal di Atas Rumah di Gampong Lampulo, Kota Banda Aceh, menjadi salah satu destinasi utama yang menyimpan jejak sejarah bencana tsunami Aceh 2004.
Destinasi ini tak hanya menarik perhatian wisatawan lokal, tetapi juga turis mancanegara.
Menurut Keuchik Gampong Lampulo, Alta Zaini, mahasiswa dan peneliti dari negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, dan Jerman sering mengunjungi lokasi ini untuk melakukan riset terkait tsunami.
Selain itu, juga kerap dikunjungi pelancong mancanegara terbanyak berasal dari Malaysia, disusul Australia, Austria, dan Spanyol.
“Hal ini kita ketahui juga dari jenis mata uang yang mereka sumbangkan di tabungan amal Masjid Al Hidayah di sekitar lokasi wisata,” kata Alta, Senin (9/12/2024).
Alta mengungkapkan, saat ini pihaknya masih mencatat jumlah kunjungan wisatawan yang stagnan bahwa angka kunjungan selama tiga bulan terakhir berada dikisaran 2 ribu orang.
“Hingga hari ini memang belum menujukkan peningkatan signifikan, tapi masyarakat dan pemerintah terus berupaya menjaga dan meningkatkan daya tarik objek wisata ini,” ujarnya.
Selain itu, Alta Zaini menyampaikan bahwa pihaknya senantiasa berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh untuk perawatan kapal yang rentan akan kerusakan.
“Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah melakukan perbaikan termasuk mengganti kayu lagor dan plat kapal yang telah berkarat,” sebutnya.
Alta juga menyoroti peran masyarakat setempat dalam mendukung kelestarian objek wisata tersebut. Bahkan di lokasi juga tersedia seorang pemandu wisata yang selalu siap melayani pengunjung.
Sebagai langkah pengembangan, pihak gampong berencana membangun lima kios wisata untuk meningkatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dalam rangka memperingati 20 tahun tsunami Aceh, warga Lampulo telah lebih dahulu menggelar doa bersama beberapa bulan lalu, bertepatan dengan kalender Hijriah.
Selain itu, doa bersama juga pernah digelar di lokasi Kapal di Atas Rumah, yang dihadiri jamaah dari berbagai daerah seperti Kota Langsa, Kuala Simpang, dan bahkan dari mancanegara seperti Singapura dan Malaysia.
“Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pengelolaan objek wisata ini, kami harap ke depan jadi lebih baik,” pungkasnya.