224 Persen Gen Z Depresi, Hasrat Menikah Salah Satu Pemicu

Ilustrasi seorang Gen Z menabung. I foto: pixelshot/stock.adobe.com

Bagikan

224 Persen Gen Z Depresi, Hasrat Menikah Salah Satu Pemicu

Ilustrasi seorang Gen Z menabung. I foto: pixelshot/stock.adobe.com

MASAKINI.CO – Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, sedang mengalami krisis paruh baya yang tidak biasa. Mereka merasa tertekan oleh keuangan, kesehatan mental, dan ketidakpastian karir. Menurut survei yang dilakukan oleh Arta Finance, 38% dari Gen Z mengalami “krisis paruh baya.”

Konsep krisis paruh baya telah berubah, kata penulis studi. “Bagi orang dewasa muda saat ini, tekanan ketidakstabilan keuangan, kesehatan mental, dan ketidakpastian karir telah menciptakan lingkungan yang terasa tak terhindarkan.”

Data menunjukkan bahwa Gen Z kehilangan setara dengan satu hari kerja setiap minggu karena masalah kesehatan mental. Mereka juga 224% lebih mungkin mengalami depresi daripada rekan kerja mereka yang lebih tua.

Para ahli berpendapat bahwa perjuangan kesehatan mental Gen Z berakar pada ekonomi negara yang dipertanyakan, bukan pada pola pikir “kemalasan” mereka. “Bagi banyak orang, faktor terbesar yang berkontribusi terhadap krisis ini adalah uang,” kata seorang ahli.

Menurut survei, 30% Gen Z melaporkan bahwa masalah keuangan adalah sumber utama stres mereka. Sementara itu, 28% generasi milenial setuju.

Tekanan keuangan membatasi banyak orang untuk mengejar tonggak utama dalam hidup, seperti membeli rumah atau memulai sebuah keluarga.

“Dengan meningkatnya biaya hidup, ekonomi yang tidak dapat diprediksi, dan upah yang stagnan, Gen Z dan Milenial bergulat dengan tekanan keuangan yang secara fundamental membentuk kembali cara mereka berpikir tentang masa depan mereka,” kata para peneliti, mengutip artikel di nypost, Selasa (11/2/2025).

Selain tekanan keuangan, faktor-faktor lain seperti tantangan kesehatan mental dan perjuangan karir juga berkontribusi terhadap krisis paruh baya Gen Z. “Di luar tekanan keuangan, faktor-faktor lain memainkan peran penting,” kata seorang ahli.

Untuk mengatasi bencana internal, Gen Z sering menggunakan “pembelanjaan malapetaka,” sebuah bentuk pelarian melalui belanja berlebihan untuk menghindari masalah kehidupan nyata.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa pemborosan yang tidak masuk akal dapat memperburuk tekanan keuangan dan menciptakan lingkaran setan.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist