MASAKINI.CO – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh menargetkan produksi padi di tahun 2025 mencapai 1.698.679 ton Gabah Kering Giling (GKG).
Target ini naik dibandingkan realisasi produksi pada 2024 yang mencapai 1.643.355 ton, atau meningkat sebesar 17,03 persen dari produksi 2023 yang tercatat sebanyak 1.404.235 ton.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Safrizal mengatakan pihaknya optimis target tersebut dapat tercapai. Sebab tren produksi padi di Aceh cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
“Kami malah memperkirakan mencapai 1,7 juta ton. Asalkan penanaman sesuai sasaran dan serangan hama bisa dikendalikan, produksi akan terus meningkat,” ujar Safrizal, Jumat (14/2/2025).
Dia menjelaskan kenaikan produksi padi di Aceh selama 2024 didukung oleh peningkatan luas tanam dan produktivitas.
Meski data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) menunjukkan penurunan luas lahan sawah dari 213 ribu hektar menjadi 202 ribu hektar, realisasi luas tanam justru meningkat dari target 320 ribu hektar menjadi 332 ribu hektar.
“Dulu hanya bisa tanam padi sekali setahun, sekarang sampai dua atau tiga kali. Sehingga otomatis luas tanam dan produktivitas juga naik dari 5,4 ton per hektar menjadi 5,6 ton,” ungkapnya.
Dengan produksi 1,6 juta ton gabah, Aceh menghasilkan hampir 1 juta ton beras. Angka tersebut jauh di atas kebutuhan konsumsi penduduk Aceh yang sekitar 680 ribu ton per tahun. Safrizal memastikan bahwa Aceh dalam kondisi surplus beras.
“Kalau kita lihat angka ini kita tak perlu impor, karena tujuan kita untuk memakmurkan petani. Apalagi kini nilai tukar petani juga naik,” tuturnya.
Ia juga menegaskan pentingnya menjaga stabilitas produksi agar Aceh tetap surplus beras setiap tahunnya. Pihaknya berupaya menggenjot produksi petani agar pendapatan petani meningkat dan kebutuhan beras masyarakat tercukupi.
Kabupaten Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Besar masih menjadi daerah dengan produksi padi tertinggi di Aceh pada 2024.
Aceh Utara mencatat produksi tertinggi sebesar 340.207 ton, diikuti Pidie dengan 225.230 ton, dan Aceh Besar mencapai 181.520 ton.
“Sementara itu, Sabang, Banda Aceh, dan Subulussalam menjadi daerah dengan produksi terendah,” pungkasnya.