Hamas Desak Gencatan Senjata Permanen, Amerika Malah Tawarkan 60 Hari

Kondisi Palestina. I foto: UNRWA

Bagikan

Hamas Desak Gencatan Senjata Permanen, Amerika Malah Tawarkan 60 Hari

Kondisi Palestina. I foto: UNRWA

MASAKINI.CO – Hamas telah menanggapi proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan oleh Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Witkoff. Dalam tanggapannya, Hamas menegaskan kembali tuntutan utamanya, yaitu mencapai gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan memastikan aliran bantuan kemanusiaan yang terus menerus.

Menurut Hamas, proposal pertukaran tawanan mereka melibatkan pembebasan 10 tawanan hidup dan jenazah 18 tawanan lainnya sebagai ganti tahanan Palestina. Namun, Witkoff menilai respons Hamas ini sebagai “sama sekali tidak dapat diterima.”

Witkoff menyatakan bahwa proposalnya mencakup gencatan senjata 60 hari, di mana setengah dari tawanan hidup dan setengah dari jenazah akan dikembalikan kepada keluarga mereka. Ia juga menekankan bahwa negosiasi substantif dengan itikad baik diperlukan untuk mencapai gencatan senjata permanen.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut atau menghadapi penghancuran.

“Dalam 24 jam terakhir, pasukan Israel telah membunuh setidaknya 60 warga Palestina dan melukai 284 lainnya di seluruh Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza,” mengutip laporan abc, Minggu (1/6/2025). Jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai 54.381 orang dan 124.054 orang terluka sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Pemerintah AS telah mengonfirmasi bahwa proposal gencatan senjata yang diajukan kepada Hamas telah didukung dan disetujui oleh Israel. “Kami telah mengajukan proposal gencatan senjata kepada Hamas yang didukung dan disetujui oleh Israel,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.

Hamas sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk memulai perundingan intensif guna menghentikan perang di Jalur Gaza. Ketua Delegasi Perunding Hamas, Dr. Khalil Al-Hayya, menekankan bahwa pihaknya siap bernegosiasi demi mencapai kesepakatan akhir yang mencakup penghentian permanen konflik dan pertukaran tahanan.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist