Bappenas Gandeng Unsyiah Berbagi Pengetahuan Kebencanaan

Bagikan

Bappenas Gandeng Unsyiah Berbagi Pengetahuan Kebencanaan

MASAKINI.CO – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bersama Universitas Syiah Kuala serta Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah, mengadakan Workshop Berbagi Pengetahuan (Disaster Knowledge Sharing) Aceh-Palu: Pembelajaran dan Pengalaman dari Proses Pemulihan Pasca Bencana, yang dilaksanakan tanggal 23 – 25 September 2019 di Banda Aceh.

Keterlibatan Unsyiah dalam kegiatan ini adalah melalui Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC). Di mana Unsyiah mencoba untuk memaparkan perannya sebagai perguruan tinggi dalam upaya dalam proses pemulihan pasca bencana yang terjadi di Aceh.

Selama dua hari kegiatan, peserta dibekali pengetahuan seputar materi pemulihan pasca bencana. Seperti konsep pemulihan wilayah terdampak bencana berbasis pembangunan berkelanjutan, pengelolaan risiko bencana dalam proses pemulihan wilayah terdampak bencana, peran jurnalisme kebencanaan dalam proses pemulihan wilayah terdampak bencana dan lainnya.

Selanjutnya, peserta mengunjungi Pidie Jaya untuk melihat hasil recovery akibat gempa pada 2016 lalu. Serta melihat respon partisipasi masyarakat atas proses pemulihan pasca bencana.

Proses pemulihan bencana di Provinsi Aceh yang secara formal berlangsung dari tahun 2005 sampai tahun 2009, merupakan proses pemulihan bencana formal terpanjang dan paling rumit yang pernah ada di lndonesia. Proses pemulihan di Aceh ini telah menginspirasi beberapa proses pemulihan bencana lainnya, baik di lndonesia maupun negara lain.

Untuk itulah Direktur DTTP Bappenas Velix V. Wanggai mengatakan, kegiatan ini sangat penting dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi bencana. Sebab selama ini persitiwa Gempa dan Tsunami 2014 silam yang terjadi di Aceh, telah menjadi inspirasi banyak pihak.

“Inspirasi tersebut di antaranya adalah bagaimana menempatkan aspek disaster dalam fokus kajian kebijakan nasional dan daerah. Lalu inspirasi bagaimana mengkonsolidasi berbagai bantuan dari luar negeri baik PBB, negara sahabat ataupun NGO untuk bersama-sama membantu proses pemulihan pasca bencana,” ucapnya.

Sementara itu Rektor Unsyiah, Samsul Rizal, mengatakan, dirinya sangat berterima kasih atas kepecayaan Bappenas untuk melibatkan Unsyiah. Selama ini Unsyiah telah terlibat aktif dalam berbagai upaya penguatan kapasitas pengetahuan kebencanaan.

Di mulai tahun 2006 dengan dibentuknya TDMRC Unsyiah. Lalu 2010, Unsyiah mendirikan Program Studi Ilmu Kebencanaan. Pada tahun 2016, Unsyiah telah mewajibkan mata kuliah Kebencanaan dan konsentrasi Kebencanaan pada Prodi Doktoral.

“Melalui TDMCR, Unsyiah juga terus melakukan monitoring serta evaluasi proses pemulihan pasca bencana. Kehadiran Pusat studi ini, bukan hanya bermanfaat bagi Aceh, tapi telah menjadi referensi nasional dan dunia,” kata Rektor.

Kepala Dinas Bina Marga Palu, Syaifullah Djafar, mengungkapkan ada beberapa kesan penting yang mereka dapatkan selama kegiatan itu. Pertama, bagaimana penanganan bencana di Aceh mendapatkan partisipasi banyak pihak. Kedua, tidak ada paksaan dalam relokasi pengungsi. Proses relokasi di Aceh benar-benar sesuai yang diharapkan masyarakat. Ketiga, Aceh berhasil menjaga situs-situs kebencanaannya sehingga menjadi pengingat bagi masyarakat. Keempat, Aceh berhasil menghidupkan kembali kearifan lokal seperti Nandong Smong.

“Pengalaman di Aceh menjadi masukan penting bagi kita. Mudah-mudahan semua ini menjadi pembelajaran kami baik dalam upaya penguatan pengetahuan kebencanaan ataupun proses pembangunan ke depannya,” kata Djafar. []

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist