MASAKINI.CO – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh menyesalkan aksi pengrusakan alat kerja (handphone) jurnalis yang diduga dilakukan polisi berpakaian preman saat meliput aksi demo penolakan kenaikan harga BBM oleh mahasiswa UIN Ar-Raniry di depan Gedung DPRA, Selasa (7/9/2022). Korban dalam peristiwa tersebut adalah Indra Wijaya, jurnalis Harian Serambi Indonesia.
Ketua Bidang Advokasi AJI Banda Aceh, Rahmat Fajri, mengecam tindakan kekerasan terhadap jurnalis baik merampas maupun merusak alat kerja tersebut.
“Pengrusakan alat kerja jurnalis adalah bagian upaya penghalangan kerja jurnalistik sebagaimana diatur dalam UU no.40 tahun 1999 tentang Pers pada Pasal 18 ayat 1,” ujarnya.
Dia mengimbau semua pihak untuk memahami dan menghargai kerja jurnalistik yang merupakan perwujudan dari pemenuhan hak masyarakat untuk memperoleh informasi.
“Bila jurnalis dihalang-halangi, hal itu berarti menghalangi pula hak masyarakat untuk mendapatkan informasi,” tegasnya.
Rahmat Fajri mendesak Kapolda Aceh dan jajarannya untuk menindak tegas anggota polisi yang telah merusak alat kerja jurnalis saat melaksanakan tugas jurnalistik di gedung DPRA tersebut.
Kronologi
Sekitar Pukul 13.00 WIB, Indra Wijaya (korban), wartawan Harian Serambi Indonesia datang untuk meliput demo penolakan kenaikan harga BBM oleh mahasiswa di depan Gedung DPRA, jalan Daud Beureueh, Banda Aceh.
Saat itu massa aksi sudah berdiri di jalan depan kantor DPR Aceh. Lalu, Indra Wijaya dengan memakai handphone mengambil video suasana massa yang sudah berkumpul.

Sekitar pukul 13.30 WIB massa bergerak menuju pintu gerbang pintu masuk Gedung DPRA. Saat hendak masuk, massa dihadang oleh polisi karena hanya diberi ruang kepada 10 mahasiswa untuk audensi dengan pihak DPRA mewakili dari pengunjuk rasa.
“Massa tidak terima, sehingga mencoba mendobrak pintu pagar gedung DPRA agar bisa masuk ke dalam,” ujar Fajri.
Melihat aksi mulai memanas, Indra Wijaya berinisiatif melakukan live via facebook untuk redaksi Serambi Indonesia, suasana saat itu mulai ricuh.
Beberapa menit baru memulai live atau sekitar menit ke-8 lebih 50 detik, saat arah kamera mengarah kepada beberapa massa yang diamankan polisi, tiba-tiba seorang oknum polisi berpakaian preman memukul handphone di tangan Indra Wijaya hingga jatuh ke aspal dan mengalami pecah di bagian layar rusak.
Indra mengambil Handphone-nya yang sudah tergeletak di aspal dan menyelamatkan diri dengan berpindah lokasi ke depan halte dekat Kantor Bulog yang bersebelahan dengan Gedung DPRA.
“Saat itu, Indra melihat handphonenya sudah rusak, tombol dan keyboard tidak sempurna lagi,” beber Fajri.