MASAKINI.CO – Terminal Jamila yang merupakan akronim dari Jamrud, Nilam, dan Mirah jelas tak mau berhenti berbenah. Bagian dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini terus bertransformasi guna menjadi gerbang logistik yang mumpuni bagi wilayah Tengah dan Timur Indonesia.
Di bawah bendera PT Pelindo Multi Terminal (SPMT), sebagai Subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero), Jamila terus berkembang. Layanan serta fasilitas menjadi jauh lebih baik. Secara nyata, visi Indonesia’s Connectivity Champion pun mewujud di terminal ini.
Transformasi dan standarisasi operasi Jamila memang sudah dimulai sejak juli 2022 dengan menggunakan enam pilar yakni Proses Bisnis, Teknologi, Peralatan, SDM, Infrastruktur, dan HSSE.
Proses Bisnis mengimplementasikan operasional berbasis planning dan control, sedangkan pilar Teknologi mengimplementasikan Pelindo Terminal Operating System-Multipurpose (PTOS-M).
Transformasi di pilar Peralatan menitikberatkan pada peningkatan utilisasi dan ketersediaan alat, termasuk sertifikasi alat layak operasi. Sementara untuk transformasi di pilar SDM menekankan pada Training Planning & Control, Sertifikasi Operator.
Lalu, untuk transformasi di pilar Infrastruktur, penekanannya pada pembangunan Integrated Planing & Control Room. Dan terakhir, transformasi di pilar Safety menitikberatkan pada pemasangan marka jalur, sertifikasi safety, serta peningkatan awareness K3 di lingkungan kerja.
Yang jelas, Terminal Jamila kini memiliki fasilitas dermaga sepanjang 2.217 meter, lapangan penumpukan seluas 251.031 meter persegi, area gudang seluas 9.960 meter persegi, dan Liquid Bulk Storage Tank 27.600 ton.
Pun, Terminal Jamila diperkuat dengan peralatan bongkar muat untuk mendukung kegiatan operasional. Konkretnya, performance Jamila mengalami peningkatan. Untuk port stay, pada Mei 2023 tercatat 1,1 hari dibanding 2,2 hari pada Januari 2023. Lalu produktivitas 596 T/S/D pada Januari 2023 menjadi 1682 T/S/D pada Mei 2023.
“Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik pada 2023 ini serta didukung dengan proses transformasi yang terus berjalan di internal perusahaan, kami optimis kinerja Pelindo Multi Terminal akan terus meningkat dan dapat memenuhi harapan para pemegang saham,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Pelindo Multi Terminal, Fiona Sari Utami.
Sebagi informasi Terminal Jamrud, berada di sisi utara yang merupakan multipurpose terminal untuk melayani bongkar muat berbagai jenis barang, mulai dari pupuk, gula, semen, bentonite, produk oil dan gas.
Terminal Nilam berada di sisi barat yang terdiri dari dua bagian, yaitu dedicated liquid bulk terminal untuk bongkar muat komoditas curah cair dan di sisi selatan terdapat dermaga konvensional
Sementara Terminal Mirah berada di sisi selatan yang merupakan multipurpose terminal untuk melayani bongkar muat general cargo. Dan, Terminal Jamila melakukan operasional berbasis planning & control melalui aplikasi Pelindo Terminal Operating System-Multipurpose (PTOS-M) yang dipantau secara terpusat dari ruang Integrated Planning & Control Room.
Dengan kata lain, SPMT Branch Terminal Jamila merupakan sebuah upaya untuk menghadirkan layanan operasional yang lebih baik, dalam mendukung kinerja Pelindo Multi Terminal untuk konektivitas Indonesia sesuai dengan visi SPMT, Indonesia’s Connectivity Champion.
Ya, SPMT memang terus memperluas jangkauan layanannya di wilayah Tengah dan Timur Indonesia dengan resmi dimulainya operasional kepelabuhanan di Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Balikpapan, Pelabuhan Trisakti di Banjarmasin, Pelabuhan Mekar Putih di Kalimantan Selatan, serta Pelabuhan Jamrud di Surabaya, terhitung mulai Jumat, 1 April 2022.
Dimulainya operasional lima pelabuhan oleh SPMT ini menjadi kelanjutan dari penandatanganan kesepakatan serah operasi bisnis Pelindo dengan SPMT pada 29 Desember 2021 lalu, dan diawali dengan serah operasi Pelabuhan Dumai kepada SPMT pada 1 Januari 2022 yang terus bertambah selama empat bulan terakhir.
Hingga 1 April 2022, tercatat SPMT telah melakukan serah operasi di 11 Pelabuhan, 2 di Pulau Sumatera, 3 di Pulau Jawa, 5 di Pulau Kalimantan, dan 1 di Pulau Sulawesi. “Pelindo Multi Terminal berkomitmen untuk mengawal konektivitas logistik Indonesia; menjaga kelancaran arus barang di Pelabuhan melalui kesiapan operasional 24/7, dengan SDM yang andal, didukung teknologi serta sistem digitalisasi yang terbarukan untuk menjangkau seluruh aktivitas layanan kepelabuhanan,” jelas Fiona.
Artinya, apa yang dikerjakan SPMT adalah cerminan dari keberhasilan peleburan Pelindo menjadi satu. Tentu bukan sebuah usaha ringan, pasalnya ketika merger pada 1 Oktober 2021 lalu, Pelindo memang menghadapi kendala yakni gangguan ganda.
Melansir pelindo.co.id, kendala yang dimaksud disebut oleh Founder Rumah Perubahan, Rhenald Kasali, sebagai “double disrupsi”. Artinya, perkembangan industri yang semakin pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi serta kondisi pandemi Covid-19 membuat semua sektor harus bisa melakukan perubahan.
“Kita tahu, disrupsi saat ini tidak terjadi di satu sisi saja namun juga ada “double disrupsi”, teknologi dan pandemi. Dan, Pelindo harus berjuang untuk bersatu agar tidak ketinggalan dan integrasi akan menjadi bekal menghadapi kompetisi di masa depan,” ungkapnya.
Karena itu, saat itu, Rhenald Kasali menyebutkan wacana penggabungan BUMN operator pelabuhan yaitu Pelindo I,II,III dan IV dinilai menjadi langkah yang paling tepat dan relevan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Pikirannya itu pun terjawab kini, Pelindo jadi satu pun SPMT berkerja sesuai harapan, terbukti, Indonesia’s Connectivity Champion pun mewujud di Terminal Jamila.Hendra Syamhari.[]