MASAKINI.CO – Kepala Pusat Riset Atsiri (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK), Syaifullah Muhammad menyebutkan harga beli minyak nilam tingkat petani di Aceh saat ini mencapai Rp2,3 juta per kilogram.
Jumlah itu mengalami kenaikan signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Potensi pertanian nilam di Aceh ini terus berkembang, apalagi daerah yang membudidayakan Atsiri ini semakin banyak.
“Saat ini ada 17 Kabupaten di Aceh yang membudidayakan nilam,” kata Syaifullah di Banda Aceh, Selasa (15/10/2024).
Ia menjelaskan bahwa stabilitas harga menjadi hal yang sangat penting bagi keberlanjutan industri nilam. Menurutnya, harga saat ini sangat stabil dan menguntungkan petani nilam.
Terkait produksi nilam, Syaifullah mengungkapkan bahwa jumlah produksi nasional terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2021, produksi minyak nilam mencapai 1.300 ton, dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 1.400 ton.
Sementara pada tahun 2023, produksi melonjak hingga 1.930 ton. Meski demikian, permintaan pasar masih jauh lebih tinggi dari pada jumlah produksi saat ini.
“Produksi kita memang meningkat, tapi permintaan pasar jauh lebih besar, sehingga harga menjadi relatif lebih tinggi dan ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan industri nilam masih sangat besar,” terangnya.
Ia berharap harga minyak nilam tetap stabil dan tak mengalami kenaikan. Sebab jika harga terus naik maka akan berdampak pada industri sebab harga bahan baku terlalu mahal, perusahaan di luar negeri akan mencari alternatif bahan lain sebagai pengganti nilam.
Syaifullah menambahkan bahwa harga stabil di kisaran Rp1,5 hingga Rp2 juta akan menguntungkan semua pihak dalam rantai pasok, mulai dari petani, pengumpul, hingga eksportir.
“Jika harga terus berfluktuasi, hal itu dapat mengganggu keseimbangan pasar dan industri hilir, harga segini sudah membuat petani, pengumpul senang,” tuturnya.