Wacana Pembuatan Film Kesultanan Aceh-Ottoman Bisakah Terwujud?

Ilustrasi | Kompleks makam Tengku Di Bitay, ulama dari Turki di Gampong Bitai, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. (foto: masakini.co/Alfath)

Bagikan

Wacana Pembuatan Film Kesultanan Aceh-Ottoman Bisakah Terwujud?

Ilustrasi | Kompleks makam Tengku Di Bitay, ulama dari Turki di Gampong Bitai, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. (foto: masakini.co/Alfath)

MASAKINI.CO – Lawatan Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon ke Turki pada pekan lalu memunculkan wacana pembuatan film bersama mengangkat kisah hubungan sejarah antara Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman.

Hal itu disampaikan Fadli Zon ke Menbudpar Turki, Mehmet Nuri Ersoy. Lewat film, Fadli ingin hubungan di masa lalu ini makin memperkuat sejarah dan budaya kedua negara.

“Indonesia dan Turkiye memiliki sejarah persahabatan yang panjang, dimulai pada masa Kekaisaran Ottoman dan Kesultanan Aceh pada abad ke-16, meskipun hubungan diplomatik secara resmi dibentuk 75 tahun lalu yaitu pada 1950,” katanya.

Fadli Zon membeberkan banyak artefak dan manuskrip membuktikan interaksi kerajaan Ottoman dan Aceh yang antara lain terdapat koin emas kuno di Gampong Pande (kini wilayah Banda Aceh).

Di koin itu tertera nama Sultan Aceh, Alaudin Riayat Syah Al-Kahar dan nama Sultan Ottoman, Suleiman I.

Wacana Fadli Zon ini didukung penuh Pemerintah Aceh. Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyampaikan lewat Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, Akkar Arafat, pihaknya siap membentuk tim melakukan kajian mendalam terhadap sejarah hubungan Aceh dan Ottoman.

Pemerintah Aceh juga siap memfasilitasi akses terhadap situs-situs sejarah, manuskrip kuno, serta melibatkan sejarawan dan budayawan lokal untuk memastikan keautentikan cerita yang akan diangkat dalam film.

“Ini penting agar film nantinya dibangun berdasarkan fakta dan realita masa lalu, bukan sebatas cerita fiksi, sebagai bentuk sejarah yang harus dan patut diketahui oleh generasi mendatang,” kata Akkar Arafat.

Kesiapan untuk terlibat dalam produksi film tersebut juga disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal.

“Kami akan berkontribusi aktif, baik dalam penyediaan data sejarah, pelibatan tokoh budaya, hingga fasilitasi lokasi-lokasi bersejarah yang relevan,” ujarnya.

Jika bisa terwujud, menurut Almuniza, film ini bukan hanya akan mengangkat nama Aceh di kancah internasional, tetapi juga menjadi media pembelajaran sejarah yang kuat bagi generasi muda.

Dia berharap dunia tahu bahwa Aceh pernah menjadi pusat penting dalam jaringan peradaban Islam global.

“Ini (pembuatan film Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman) adalah momentum besar, dan kami akan all-out mendukung,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist