MASAKINI.CO – Nuriah terduduk lesu. Padinya tumbuh namun menguning. Bunganya juga banyak yang rontok.
Perempuan 70 tahun itu pasrah sawahnya terancam gagal panen. Padinya kurang serapan pupuk.
Di gampongnya, Desa Jruek Balee, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar pupuk melambung tinggi. Itupun langka. Ia sempat ke sejumlah lokasi mencari pupuk subsidi.
āDi desa lain ada, tapi tidak diperjualbelikan bagi bukan penduduk desa itu,ā kata Nuriah, awal September lalu.
Kondisi semakin buruk, sejak beberapa lalu fenomena El Nino mulai terasa. Sawah mengering, retak, hingga padi mulai menguning, ākita lihat memang tidak akan hidup lagi,ā ucapnya.
Untungnya, pekan kedua September hujan mulai turun. āJika sudah ada air bisa kita beri pupuk tambahan,ā kata Nuriah.
Umur padinya baru tiga bulan. Harusnya sudah mulai mengeluarkan cangkang biji. Tapi tidak kali ini.
āUmur padi hingga panen biasanya empat bulan ada juga yang lebih, tergantung benihnya,ā sebutnya.
Bagi Nuriah, meskipun lahan yang dimilikinya hanya 2.500 meter. Ia dan keluarga mampu bertahan apabila hasil panen didapatkan dalam jumlah yang cukup.
āSawah kami jika hasil panen bagus capai 35 karung,ā terangnya.
Terakhir panennya hanya 30 karung. Ia berharap tahun ini panen meningkat. Selain itu, harga gabah sempat anjlok sekitar Rp4.700 ribu per kilogram. Harga itu katanya, pernah terjadi pada tahun 2022.
āKarena stoknya melimpah, harga yang dibeli murah,ā ujarnya.
Apalagi saat musim penghujan, harga beli gabah juga bakal turun. Sementara jika musim kemarau harga beli gabah mencapai Rp7 ribu per kilogram.
āTetapi stok di petani yang tidak ada,ā tutur Nuriah.

Realisasi Produksi Padi
Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh mencatat realisasi produksi padi di Aceh periode Januari hingga Agustus 2023 mencapai 975.768 ton.
Angka tersebut masih 60 persen dari target produksi tahun 2023 yang mencapai 1.731.630 ton dengan luas sawah di Aceh sebesar 213.996 hektar.
Kabid Produksi Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh, Syafrizal mengatakan jumlah tersebut masih bersifat sementara dan akan dinyatakan final pada Januari-Februari 2024 mendatang.
Ia menyebutkan, untuk kabupaten/kota penyumbang produksi padi terbesar yakni Aceh Utara sebesar 186 ribu ton dengan luas lahan 38.417 ribu hektar.
Kemudian Kabupaten Pidie menyumbang sebanyak 146 ribu ton dengan luas lahan 24.784 hektar dan Aceh Besar menyumbang 119.567 ribu ton dengan luas lahan sawah mencapai 25.682 ribu hektar. Luas lahan sawah mencapai 25.682 ribu hektar.
āProduksinya didongkrak tiga Kabupaten itu, namun apabila mereka gagal panen dan bermasalah dengan irigasi atau kurangnya air maka akan mempengaruhi produksi padi tahun ini,ā kata Syafrizal, awal September lalu.
Selain daerah itu, masih terdapat sejumlah Kabupaten/kota di Aceh juga ikut menghasilkan produksi padi, kecuali Kota Sabang.
Safrizal menjelaskan secara umum di Aceh terbagi dua zona musim tanam yaitu musim tanam rendeng pada Oktober – Maret dan musim tanam gadu pada April – September.
Zona musim tanam tersebut tidak berpengaruh terhadap daerah-daerah di Aceh yang memiliki ketersediaan sumber air cukup sepanjang tahun sehingga bisa tanam padi tiga kali dalam setahun.
Di sejumlah daerah di Aceh juga kerap kali mengalami gagal panen, akibat sering terjadinya banjir dan tidak jalannya saluran irigasi.
āKetika hasil panen berkurang, hasil produksi padi atau gabah juga berkurang,ā ujarnya.
Untuk meningkatkan produksi, Syafrizal menyarankan agar petani dapat memilih penggunaan benih yang bersertifikat dan pemeliharaan sesuai dengan standar. Sehingga bisa menghasilkan gabah yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Saat ini, harga padi tau Gabah Kering Panen (GKP) dibeli dengan harga Rp6.526 ribu dan Gabah Kering Giling (GKG) di Aceh tertinggi berkisar Rp7 ribu per kilogram.
Harga tersebut, katanya saat persediaan padi berkurang harga akan naik sementara saat stoknya berlimpah maka sekitar Rp5 ribu hingga Rp5.500.
Untuk itu, kata dia, sangat diperlukan juga kerjasama dari lintas sektor lainnya seperti Dinas Pengairan Aceh mampu menjamin dan mengatur ketersediaan air bagi petani di Aceh.
āApalagi, saat ini juga tercancam akibat cuaca El Nino yang memicu kekeringan dan curah hujan kurang. Jadi apabila aliran air lancar maka produksi padi juga maksimal,ā pungkasnya.