MASAKINI.CO – Jenama Vans, Adidas, Nike, hingga Mills jadi alas kaki sembilan pesepakbola Aceh saat di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh, Kamis pekan lalu.
Siang itu, Mohd Gazi, M Ghifari, M Haikal, Haikal Khalil, Tifatul Ulfi, Resi Wahyudi, Refyanshah, Mufaddhal dan Safrijal terbang ke Jawa.
Bukan penerbangan biasa. Tapi kepak sayap mengitari karir mencoba peruntungan di pulau seberang. Pukul 14.00 WIB, delapan sekawan memasuki pintu burung besi.
M Haikal yang hemat bicara, terlihat lebih senyap. Ada perasaan yang coba ia sembunyikan. Karena untuk pertama kali dalam hidupnya naik pesawat.
Pesawat Super Jet berlari di lintasan pacu SIM. M Haikal melawan rasa takutnya.
“Paling takut saat terbang pertama (take off). Saya juga sempat pusing. Tapi setelah pesawat stabil, semuanya sudah aman,” kata M Haikal.
Bagi Haikal perjalan tersebut berkah. Penyerang cepat asal Tangse ini, sebelumnya tidak seberuntung tujuh temannya yang lain.
Teman-temannya sejak usia dini hingga remaja, sudah pernah mengikuti event nasional. Semisal Piala Danone, Liga Santri (Piala Kasad), atau Liga 3 putaran nasional. Bahkan ada yang pernah mencicipi kompetisi Elite Pro Academy.
“Bersyukur diajak dan bisa berkarir sepakbola di Pulau Jawa. Ini berkah PON, meski selama PON sering main sebagai pemain pengganti,” ucapnya.
Kurang lebih tiga jam jebolan PON Aceh berada di udara. Selama terbang, M Haikal mengaku tak bisa tidur.
“Tamu Super Jet terhormat. Kita baru saja mendarat di bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta di Tangerang, Banten. Silakan tetap duduk dan mengenakan sabuk pengaman anda, sampai pesawat ini berhenti dengan sempurna,” suara pramugari.
Sembilan sekawan meninggalkan pesawat, dan memasuki Bandara Soetta pukul 17.05 WIB. Sementara di luar, mobil travel jemputan jenis Hiace sudah menunggu.
“Sebenarnya kawan-kawan sudah pada lapar semua. Kami maksudnya mau makan dulu di bandara atau sekitarnya, cuma abang sopir buru-buru,” kenang Refy.
Sempat terjadi diskusi alot. Namun anak-anak Aceh akhirnya ikut dengan sopir. Sebab alasan yang dikemukakan, khawatir macet di jalanan Jakarta.
“Tapi akhirnya kami makan juga, di rest area Km 57 kalau tidak salah,” jelasnya.
Setelah semuanya beres. Mereka melanjutkan perjalanan darat. Berbagai daerah dilalui. Setelah kurang lebih 10 jam perjalanan, tepat dini hari pukul 03.35 WIB, mereka akhirnya tiba di Blukukan Dua, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya di kompleks Surakarta Soccer Arena.
Ada dua rumah yang sudah disiapkan untuk para tamu dari Aceh. Mereka membagi diri, dan langsung beristirahat.
Baru sekitar 4 jam menutup mata, tiba-tiba Rasiman, pelatih yang membawa Aceh meraih medali perunggu 2024, datang menyambagi anak asuhnya.
Dialah yang mengajak anak-anak Aceh untuk berkarir di Pulau Jawa. Setelah sempat berbincang sejenak, ia pamit.
“Seperti saya sampaikan saat PON dulu, kehadiran saya bukan hanya untuk ajang PON, tapi menjadi jembatan bagi anak-anak Aceh untuk berkarir ke luar,” ucap Rasiman.
Selama dua minggu ke depan, di Jawa Tengah mereka akan melakukan persiapan awal tim. Selain dari Aceh, ada jebolan PON Jatim, juga beberapa pemain dari daerah Indonesia bagian tengah yang juga ikut bergabung.
“Untuk tim, saya menghormati dan biar diumumkan langsung dan resmi oleh tim setelah tanda tangan kontrak. Yang pasti tim dari Jawa Barat,” bebernya.
Setelah persiapan di Jawa Tengah, mereka akan bertolak ke Jawa Berat. Tim ini akan dinahkodai Rasiman sebagai pelatih kepala, dimana jebolan PON Aceh mendominasi skuad.
Sekum Asprov PSSI Aceh, Nazaruddin menyampaikan selamat kepada jebolan PON Aceh. Selain sembilan pemain yang ikut bersama Rasiman, ada juga empat lainnya yang sudah lebih dulu bergabung dengan tim Jawa Barat lainnya.
“Maksimalkan kesempatan, tetap disiplin dan berproses dengan sabar hingga menjadi pemain besar, yang membanggakan Aceh dan mudah-mudahan ada yang rezeki dipanggil timnas suatu hari nanti,” ucapnya.